Lihat ke Halaman Asli

Nina Fadila

Mahasiswa dari Program Studi Psikologi Islam UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

Takdir yang Tak Bisa Ditebak

Diperbarui: 10 Desember 2022   18:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Dalam renungan malam, melihat langit-langit kamar penuh dengan gambaran sketsa secercah harapan masa depan, menunggu skenario Tuhan yang sangat dinantikan happy storynya. Beberapa hari belakangan ini Lini pusing dengan banyaknya dilema yang dihadapinya. Bingung bagaimana bisa memilih dua pilihan yang sangat sulit untuk dilakukan bersamaan.

       Ya, itulah Afialini Khabibatul Ma'rifah seorang. Dia adalah anak pertama dari 3 bersaudara yang baru saja lulus 2 minggu lalu dari SMA Negeri 2 Gondang yang sebentar lagi akan menjadi waiters di sebuah kedai kopi.

       Namun sebenarnya, meskipun dia sadar orang tuanya tidak bisa membiayainya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang perkuliahan dengan tekatnya Lini mencoba mendaftarkan dirinya ke Universitas yang dia inginkan dari dulu.

       Bukan tanpa alasan dia daftar, dari dorongan semangat yang diberikan ibunya dan beberapa saran dari guru dan temannya untuk melanjutkan sekolahnya karena dia juga merupakan salah satu dari siswa yang berprestasi di sekolahnya.

       Teringat pesan bu Arini saat di kelas selesai pelajaran kimia “Lini jangan sia-siakan prestasimu ini ya nak! Kamu harus melanjutkan sekolahmu!” ucap beliau menghapiri meja Lini. Lalu Lini langsung menundukkan kepalanya dan kembali menatap bu Arini menjawab.

“Tapi maaf bu, bagaimana bisa? karena adik-adik saya juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk sekolah mereka. Dan saya pikir untuk biaya kuliah itu lebih besar, saya tidak mau lagi membebani orangtua saya bu” jawab Lini dengan putus asa.

“Tidak! Jangan berfikir seperti itu nak! Semua itu ada rezekinya masing-masing. Sekarang banyak sekali beasiswa apalagi kamukan punya beberapa sertifikat prestasi, nah itu kamu bisa memanfaatkannya. Ibu ada beberapa Universitas yang sepertinya kamu bisa untuk masuk kesana dan mungkin ibu bisa coba bantu kamu” nasihat bu Arini sangat menenangkan.

 “Apakah begitu bu? Baik bu, insyaallah saya akan mencoba untuk daftar. Terimakasih banyak bu” jawab Lini dengan penuh harapan.

        Singkat cerita Lini yang juga menyambi bekerja sambil menunggu hasil pengumuman daftarnya kuliah. Hari-hari berjalan dengan baik menuntun Lini menambah pengalamannya.

        Di pagi hari tepatnya saat akan berangkat ke tempat kerja dengan tergesa karena jam sudah memperlihatkan pukul 9 pagi, sedangkan yang seharusnya sudah berangkat dari 20 menit sebelumnya.

“Nak sarapan dulu! ibuk suapin ya?” sapa bu Yuni dengan suara lembutnya. Bu Yuni ialah seorang ibu yang sangat beda dari ibu-ibu lain yang Lini kenal. Beliau sangat penyabar, tidak pernah sama sekali menggertak anaknya. Tapi “ndak bisa buk aku sudah terlambat” jawab Lini sambil menyalakan motor.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline