Lihat ke Halaman Asli

Nina Anggraeni

Mahasiswa S1 Pendidikan Sejarah, Universitas Negeri Malang

TRADISI GREBEG PANCASILA SEBAGAI PERINGATAN HARI LAHIR PANCASILA DI KOTA BLITAR

Diperbarui: 6 Maret 2023   14:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam bahasa Latin, Tradisi berasal dari kata tradition yang berarti kebiasaan. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Tradisi merupakan suatu kebiasaan yang diturunkan dari nenek moyang dan tetap dijalankan hingga saat ini oleh masyarakat (Azizah, M. 2020:15).

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki keberagaman ras, agama, budaya, serta bahasa pada setiap daerahnya. Salah satunya ialah kota Blitar. Kota Blitar merupakan kota yang menjunjung tinggi tradisi yang ada pada masa sebelumnya. Sebagai kota proklamator dan juga kota patria, Blitar sangat menghargai para perjuangan pahlawan bangsa dan melakukan berbagai tradisi sebagai peringatan hari-hari besar Indonesia, misalnya pada hari lahirnya Pancasila.

Untuk memperingati hari lahir Pancasila yaitu pada tanggal 1 Juni, Pemerintah serta masyarakat Blitar bersama-sama melakukan tradisi Grebeg Pancasila. Awalnya Grebeg merupakan ungkapan rasa kekecewaan oleh para seniman dan budayawan Kota Blitar perihal ditiadakannya peringatan hari Pancasila setiap tanggal 1 Juni. Untuk mewujudkan hal tersebut, pada tahun 2000 pemerintahan resmi memulai pengadaan tradisi untuk memperingati hari lahir Pancasila dengan nama Grebeg Pancasila.

Grebeg Pancasila telah dijadikan kearifan local pada masyarakat Kota Blitar. Dalam  tradisi ini, terdapat 5 prosesi yang merupakan lambang dari sila Pancasila. Tradisi Grebeg Pancasila, dimulai dengan prosesi Bedhol Pusaka. Bedhol pusaka merupakan acara kirab yang membawa pusaka-pusaka dari Rumah Dinas Walikota, Jl. S. Supriyadi No.18 Kota Blitar ke Kantor Walikota, Jl. Merdeka No. 105 Kota Blitar. Acara ini dilakukan H-1 sebelum tanggal 1 Juni (Putriana & Warsono, 2019:1240).

Prosesi kedua, ialah Malam Tirakatan. Malam Tirakatan dilakukan di Kantor Walikota Blitar, merupakan acara doa bersama yang bertujuan meminta keselamatan, saling intropeksi diri, merenung akan kesalahan yang diperbuat serta berharap kesalahan tersebut tidak terulang kembali pada tahun selanjutnya. Selain melakukan ibadah seperti dzikir dan beramal saleh, pada acara malam tirakatan ini juga diisi dengan pembacaan mocopat. Mocopatan berisi mengenai Sejarah Bung Karno serta penghayatan terhadap nilai-nilai Pancasila. Prosesi ini dilakukan setelah prosesi Bedhol Pusaka hingga tengah malam menjelang hari H (Putriana & Warsono, 2019:1241-1242).

Prosesi ketiga,  ialah Ritus Upacara Budaya. Upacara budaya dilakukan di Alun-Alun kota Blitar tepat pada tanggal 1 Juni yang diikuti oleh para perangkat daerah dan para seniman. Pembuka dari Upacara Budaya ialah Ladrang Grebeg Pancasila yang berisi pidato-pidato Bung Karno. Dalam Prosesi ini juga ada Janturan, yaitu sebuah refleksi akan kejadian masa lalu, serta mengoreksi kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan, sehingga dapat memperbaiki untuk kedepannya. Prosesi ini ditutup dengan dikumandangkannya Gendhing Mars Semangat juang yang merupakan tulisan dari Bung Karno serta dimainkan oleh sinden Kota Blitar disertai dengan iringan karawitan. Dalam pelaksanaan Upacara, selain diikuti oleh Pembina dan peserta upacara juga terdapat belasan siswa siswi yang ikut serta didalamnya. Upacara ini juga dihiasi dengan sentuhan budaya yaitu dengan pembacaan mocopat dandhang gulo. Dan yang terakhir, yaitu Sabda Kawendhar (amanat) yang dituturkan oleh Walikota Blitar (Putriana & Warsono, 2019:1242-1244).

Prosesi keempat, ialah Kirab Gunungan Lima. Merupakan kirab atau arak-arakan yang membawa semua hasil bumi yang membentuk gunungan. Hasil bumi yang wajib ada dalam gunungan tersebut ialah onthong atau jantung pisang, kacang lanjaran atau kacang Panjang, jeruk, wortel, bawang merah, cabai, serta bawang putih. Gunungan lima merupakan lambang dari 5 sila Pancasila. Dalam kirab ini, terdapat pengawalan oleh Bregodo Siji atau Prajurit Satu, Bregodo Enem atau Prajurit Enam, serta Bregodo Patang Puluh Limo atau Prajurit Empat Puluh Lima. Penamaan prajurit tersebut didasari dari hari lahir Pancasila yaitu 1 Juni 1945. Namun sebelum kirab terdapat perlombaan gunungan lima yang diikuti oleh masing-masing perwakilan dari sekolah, kelurahan, bahkan kecamatan. Hal tersebut merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam memeriahkan acara kiraban tersebut. Setelah penilaian perlombaan gunungan tersebut, dilanjutkan prosesi kirab gunungan lima, yang diarak dari Alun-Alun Kota Blitar menuju Makam Bung Karno. Kirab diberangkatkan pukul 21.00 WIB. Dalam kirab gunungan lima tersebut selain para Bregodo,  juga terdapat paskibraka yang merupakan barisan terdepan serta membawa lambang grebeg (Garuda Pancasila), naskah Pancasila, foto dan teks Pancasila Bung Karno, bendera merah putih lengkap dengan tiangnya. Dibarisan selanjutnya terdapat gunungan Lima (gunungan lanang), disusul dengan pemerintah yang menaiki kereta kencana, para putra-putri Blitar dengan becaknya, serta festival lentera dari perwakilan kelurahan, dan barisan terakhir yaitu anggota organisasi serta para pelajar dengan membawa gunungan wedok. Pada prosesi ini diakhiri dengan ngalap berkah (mencari berkah), yaitu perebutan hasil alam dari gunungan tersebut setelah dibacakan doa-doa di makam Bung Karno, lengkap dengan iringan gendhing Bonangan (Putriana & Warsono, 2019:1244-1248).

Prosesi terakhir dari rangkaian tradisi Grebeg Pancasila ialah Kenduri Pancasila. Kenduri Pancasila dilaksanakan di Area Perpustakaan Nasional Bung Karno, Kota Blitar. Tujuan dari kenduri ini ialah untuk mendoakan arwah Bung Karno, yang merupakan tokoh penggagas dasar Pancasila serta meminta keselamatan bagi Kota Blitar. Kenduri (selametan)  ini dihadiri oleh semua masyarakat serta anggota pemerintahan. Dalam kenduri ini, juga terdapat perlombaan Tumpeng, setelah perlombaan selesai dan dibacakan doa-doa, tumpeng dimakan oleh semua yang hadir dalam kenduri tersebut, yaitu para masyarakat dan anggota pemerintahan (Putriana & Warsono, 2019:1248-1249).

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, M. (2020). BAB II LANDASAN TEORI. IAIN KEDIRI. http://ethesesiainkediri.ac.id. 931100816 bab2:15.

Putriana, D., & Warsono. (2019). Grebeg Pancasila sebagai Sarana Penanaman Nilai-Nilai Pancasila. Kajian Moral Dan Kewarganegaraan, 02(02), 1237--1252.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline