Lihat ke Halaman Asli

Nina Ayu Kumala Dewi

Mahasiswi Universitas Pamulang, Program Pendidikan Sastra Indonesia

Masa Depan Literasi Jomplang

Diperbarui: 29 November 2020   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jika berbicara tentang masa depan, siapa yang tidak ingin memiliki masa depan yang cerah dan berkualitas bukan?. Setiap orang pasti ingin mengenyam pendidikan setinggi-tingginya untuk masa depan yang sebagus-bagusnya.

Sering kita melihat di berbagai media seperti orang-orang terpelajar dan berprestasi bahkan sekolah sampai ke luar negeri dan kita kerap berjumpa dengan orang-orang berdasi yang keluar masuk perusahaan juga naik turun mobil pribadi maupun dinas. Orang-orang tersebut kita yakini pasti melalui pendidikan yang amat tinggi bahkan go internasional, dan yang kita pikirkan bahwa mereka adalah orang yang kaya raya dan punya segalanya. Sebenarnya, tidak semua apa yang kita pikirkan benar dengan fakta yang mereka alami. Seperti yang sudah disebutkan tadi dan melanjutkan pendidikan kemanapun yang mereka mau.

Ada sebagian orang yang memang berasal dari kalangan di bawah rata-rata dan hanya mengandalkan beasiswa agar dapat meraih masa depan yang cemerlang. Hal seperti ini memang tidak mudah, bahkan menjadi tantangan yang sangat menantang di era seperti sekarang. Apalagi muda-mudi sekarang melek dengan berbagai teknologi, sehingga persaingan di dunia pendidikan semakin ketat. Tidak hanya itu, kemajuan teknologi pun dimanfaatkan untuk memajukan perekonomian dunia.

Orang-orang sukses yang kita jumpai tersebut merupakan orang-orang yang hanya tinggal menikmati manisnya saja, sebab kepahitan sudah mereka telan sebelum kesuksesan mereka genggam.

Lalu bagaimana dengan literasi millenial saat ini?.  Sejauh ini banyak dari berbagai kalangan yang hanya memahami bahwa literasi hanya sebuah kemampuan membaca saja yang merujuk pada sebuah tulisan. Sebenarnya literasi bukan pada aspek kemampuan membaca saja, melainkan merupakan kemampuan seseorang dari berbagai aspek, baik dalam membaca, berbicara, mendengar, menulis, menghitung dan sikap bijak dalam berbagai hal seperti menanggapi informasi dari berbagai media, mengolah dan menyerap informasi.

Teknologi memang semakin maju, namun saat ini sadarkah kita bahwa kualitas manusianya semakin menurun. Misalnya saja, jika kita perhitungkan berapa persen masyarakat di Indonesia yang minat dalam kegiatan membaca?. Berapa persen masyarakat Indonesia dapat bijak dalam menanggapi informasi? dan masih banyak lagi yang dapat kita perhitungkan.

Hal seperti inilah yang tengah krisis di tengah-tengah kita dan dapat mengurangi kualitas masyarakat di negeri kita. Saya rasa anda setuju dengan pernyataan tersebut.

Seperti sebulan lalu telah terjadi demonstrasi di berbagai daerah yang konon disebabkan masyarakat tidak menyaring terlebih dahulu informasi yang didapat dan langsung mempercayainya begitu saja, sontak emosi pun bersulut-sulut bak api disiram bensin karena masyarakat menganggap informasi tersebut dampaknya akan sangat merugikan masyarakat, padahal berita tersebut adalah hoaks.

Jika di masa mendatang kita sebagai masyarat masih saja begini, bagaimana masa depan negeri kita yang akan dipimpin oleh generasi millenial mendatang?.

Sudah pasti dapat kita bayangkan, jika kondisi literasi kita masih seperti ini ketika pemerintah mengeluarkan keputusan dan kita menerima informasi keputusan tersebut dengan kepala kosong juga tidak meyerap informasi tersebut maka pasti kerusuhan sebulan yang lalu dan sebelumnya akan terjadi kembali dimana-mana bahkan bisa lebih parah lagi.

Lalu apa yang harus kita upayakan agar literasi mendatang dan seterusnya tidak jomplang?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline