Lihat ke Halaman Asli

Ramah

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“la, kamu ga takut pulang malem gini?” sesosok yang penuh kharisma itu menyapaku dengan wajah yang selalu berhiaskan senyum ramah.

“ngapain takut?” jawabku polos

“aku terangin jalan ya?” ucapnya sembari mengiringi kayuhan kakiku pada sadel sepedaku.

Berbincang ngalor ngidul nggak jelas, bercanda garing ala orang yang baru kenalan. Dan, aku benci kenapa kontrakanku Cuma deket.

“alhamdulillah nyampe”.ucapku sambil mengerem sepeda ringkihku.

“kamu nggak dimarahin penduduk sini pulang jam segini?” tanyanya

“ tak apa.” Jawabku sempel.

“ yaudah aku duluan ya...” ucapnya sambil melambaikan tangan padaku sebagai koding kalau itu adalah perpisahan.

Ingatan itu selalu menggangguku, aku dengan sepeda merahku dan dia dengan motor gede warna merahnya berjalan beririgan selesai menjalankan tugas dari lembaga.

“dim, kamu ga cape apa banyak kesibukan gini? Mbok fokus aja.” Ucapku membuka kehiningan di ruang itu

“nggak sibuk kok” jawabnya sambil mengayunkan jemarinya diatas touch keyboard.

“mending kamu fokus aja”. Saranku

“aku nggak papa kok. Mending kamu tu juga fokus, cewek kok pulang pagi terus”. Timpalnya

“mana ada tuh jawaban malah omongin gender”.

“bukanyya gitu... tapi kamu mending fokusin tuh bidang kamu. Lagian ngurus tulisan sama bikin gambar busana tu nggak sejalan.”

“siapa bilang. Ah males ah.. udah.” Jawabku dengan perasaan jengkel

“ya, liat ja ntar”. Jawabnya

Setelah perbincangan itu kami tak jumpa lagi, hingga suatu ketika aku berfikir untuk melepas segalanya dan meyisakan apa yang seharusnya kulakukan sedari dulu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline