Dalam sebuah organisasi atau institusi publik, dominasi kaum laki - laki sebagai pemimpin memang masih begitu kuat. Padahal kenyataanya perempuan mempunyai potensi yang tidak kalah dengan laki - laki dalam hal memimpin itu sendiri. Banyak yang menghubungkan antara kemampuan individu dalam memimpin dengan aspek biologis yang melekat pada diri sang pemimpin tersebut yaitu berdasarkan pada perbedaan jenis kelamin antara laki - laki dan perempuan.
Begitu pula presentasi dalam keterwakilan perempuan dalam dunia politik yang masih rendah jika dibandingkan dengan presentasi laki - laki dalam sebagaiman data yang ada pada pemilu tahun 2024 misalnya, keterpilihan laki- laki perempuan hanya mencapai angka kurang lebih 22%. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius tentang bagaimana sistem politik kita medukung perempuan untuk benar - benar berpartisipasi dalam pengambilan kebijakan yang mewakili perempuan ditingkat tertinggi
Seharusnya dalam konteks demokrasi, kehadiran perempuan perempuan di ruang -ruang politik tidak hanya menjadi cerminan kesetaraan gender tetapi juga menjadi memperkaya perspektif dalam pengambilan kebijakan yang lebih inklusif. Namun, perjalanan ini masih menghadapi berbagai tantangan yang membutuhkan perhatian yang serius dari semua pihak
Tantangan yang dihadapi Perempuan dalam Politik.
1. Budaya patriarki yang mengakar
Budaya patriarki merupakan salah satu hambatan terbesar bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam berpolitik dan budaya ini masih melekat kuta di masyarakat Indonesia. Pandangan bahwa politik adalah "dunia laki -laki " seringkali membuat perempuan untuk ragu atau bahkan dihalangi untuk mengambil peran penting.
2. Minimnya representasi
Meskipun undang - undang telah menetapkan kuota 30% untuk perempuan dalam pencalonan legislatif realisasinya masih jauh dari ideal. Banyak partai yang hanya menempatkan perempuan di posisi yang tidak strategis, sehingga peluang mereka untuk terpilih sangat kecil.
3. Stigma dan diskriminasi
Perempuan politisi kerap menghadapi stigma negative dan diskriminasi baik dalam bentuk komentar seksis maupun keraguan terhadap kemampuan mereka. Hal ini membuat banyak perempuan enggan untuk tampil didepan publik.
Peluang yang harus dimanfaatkan.