Lihat ke Halaman Asli

Subsidi Pupuk Semakin Sulit, Kerawanan Pangan di Kecamatan Tumpang Malang Kian Melilit

Diperbarui: 5 Agustus 2024   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Penelitian RKI UM UNHAS dan USK 2024

Pada hari Selasa 16/07/2024, sebanyak 1o surveyor dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Malang melakukan penelitian Riset Kolaboarasi Indonesia (RKI) di Desa Bokor, Kecamatan Tumpang, Kota Malang, Jawa Timur. Penelitian ini mengusung tema tentang pemetaan petani marginal dalam menghadapi kerawanan pangan yang ada di Indonesia. Pada penelitian ini, sebagai peneliti utamanya ialah Prof.Dr.Ir.Agussabti, M.Si, IPU dari Universitas Syiah Kuala. Dan sebagai peneliti mitranya ialah Dr. Inayati Nuraini Dwiputri, S.Si., M.Sc. dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang. Pada kesempatan kali ini terdapat 500 petani di Kecamatan Tumpang dan Kecamatan Wagir telah diwawancara dengan beberapa pertanyaan terkait dengan kerawanan pangan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kesenjangan dengan menggunakan pendekatan multidisiplin yang menggabungkan wawasan dari ekonomi pertanian, sosiologi, kesehatan, dan pembangunan wilayah. Dengan memetakan dinamika perilaku petani marjinal, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendorong utama, hambatan, dan pola perilaku yang terkait dengan strategi manajemen risiko kerawanan pangan. Secara khusus, penelitian ini akan meneliti faktor-faktor seperti persepsi risiko, perilaku pencarian informasi, jaringan sosial, proses pengambilan keputusan, mekanisme penanggulangan, dan strategi adaptasi yang digunakan oleh petani marjinal untuk mengurangi dampak kerawanan pangan.

Pada hasil wawancara ditemukan bahwa salah satu hambatan utama yang dihadapi di Kecamatan Tumpang adalah kerawanan pangan yang disebabkan oleh subsidi pupuk pemerintah yang kurang memadai. Penelitian ini akan meneliti faktor-faktor seperti persepsi risiko, perilaku pencarian informasi, jaringan sosial, proses pengambilan keputusan, mekanisme penanggulangan, dan strategi adaptasi yang digunakan oleh petani marjinal untuk mengurangi dampak kerawanan pangan, dengan fokus khusus pada bagaimana keterbatasan subsidi pupuk mempengaruhi dinamika tersebut.

Bahaya kerawanan pangan sangat signifikan. Kerawanan pangan tidak hanya berdampak pada ketersediaan makanan, tetapi juga memengaruhi kualitas gizi dan kesehatan masyarakat. Ketika masyarakat tidak memiliki akses yang cukup terhadap makanan bergizi, hal ini dapat menyebabkan malnutrisi, yang pada gilirannya berdampak pada kesehatan fisik dan mental, terutama pada anak-anak dan kelompok rentan lainnya. Selain itu, kerawanan pangan juga dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial dan ekonomi, meningkatkan risiko konflik, dan menghambat pembangunan ekonomi secara keseluruhan.

Beberapa penyebab ketidakmerataan subsidi pupuk antara lain:

1. Distribusi yang Tidak Tepat Sasaran: Alokasi pupuk subsidi tidak selalu sesuai dengan kebutuhan sebenarnya di lapangan. Hal ini dapat disebabkan oleh kurangnya data yang akurat mengenai jumlah petani dan luas lahan yang membutuhkan pupuk.

2. Birokrasi dan Logistik: Proses distribusi yang melibatkan banyak tahapan birokrasi dan kendala logistik sering kali menyebabkan keterlambatan dan ketidaktepatan dalam pengiriman pupuk ke petani.

3. Keterbatasan Anggaran: Jumlah anggaran yang dialokasikan untuk subsidi pupuk sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi seluruh kebutuhan petani, terutama di daerah-daerah yang terpencil atau kurang berkembang.

4. Praktik Korupsi dan Penyelewengan: Di beberapa kasus, adanya praktik korupsi dan penyelewengan dalam distribusi subsidi pupuk mengakibatkan pupuk tidak sampai ke petani yang berhak menerimanya.

Akibat dari ketidakmerataan subsidi pupuk ini adalah rendahnya produktivitas lahan pertanian, yang pada gilirannya memperburuk kerawanan pangan di daerah seperti Kecamatan Tumpang. Petani yang tidak mendapatkan pupuk dalam jumlah yang cukup harus berjuang lebih keras untuk mempertahankan hasil panen mereka, yang sering kali tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan masyarakat sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline