Lihat ke Halaman Asli

Kisah Baru untuk Lembar Baru

Diperbarui: 12 Juni 2023   07:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Program asistensi mengajar di satuan pendidikan merupakan salah satu program kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang dilaksanakan Universitas Negeri Malang. 

Asistensi mengajar adalah aktivitas mahasiswa yang dilakukan secara kolaboratif dengan guru/fasilitator di berbagai satuan pendidikan. 

Tujuan dari terlaksananya porgram asistensi mengajar di satuan pendidikan adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa dalam bidang pendidikan untuk turut seta membelajarkan dan memperdalam ilmunya dengan cara menjadi guru/fasilitator di satuan pendidikan yang tersebar di masyarakat serta membantu meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan dan relevansi pendidikan dasar atau menengah dengan pendidikan tinggi sesuai perkembangan IPTEKS. Program inilah yang menjadi pengalaman baru bagi seorang mahasiswa bernama Nimas Ade Dyah Ratnasari.

Tak pernah terbanyangkan sebelumnya, gadis bernama Nimas Ade Dyah Ratnasari akan menjadi seorang guru. Menjadi pusat perhatian di depan kelas adalah salah satu hal yang ia benci. Namun, di program Asistensi Mengajar ini, ia dituntut untuk menjadi pusat perhatian. Gadis yang akrab dipanggil Ade ini memilih program Asistensi Mengajar tepat disemester enamnya. 

Menentukan sekolah mana yang akan menjadi tempatnya mengabdi merupakan hal yang sulit. Dengan berbagai petimbangan, pilihan jatuh di SMK Negeri 8 Malang. Sekolah yang terletak di Jalan Teluk Pacitan, Arjosari, membuat dirinya memiliki pengalaman yang tak terlupakan. Sekolah yang menjadi tempat dimana ia merasakan petualangan baru dalam hidupnya.

Merasa gugup saat pertama kali memasuki kelas tak bisa disangkal begitu saja. Semua mata tertuju pada gadis berkacamata yang tersenyum kikuk menahan rasa bingung, malu, dan takut yang menyelimuti. 

Pikiran tentang ia akan dianggap remeh karena terlalu muda untuk menjadi guru dan dipanggil dengan sebutan "Ibu" tentu bersarang dengan lekat di kepalanya. Semua itu berusaha ia tutupi dengan baik agar tak seorang pun tahu bahwa dirinya merasa takut untuk gagal.

Dahulu, dirinya berpikir bahwa menjadi guru hanyalah menyampaikan materi di depan kelas hingga jam pelajaran usai. Namun, setelah mengabdi selama kurang lebih lima bulan di sekolah Asta Arkananta, atau lebih sering disebut SMK Negeri 8 Malang, pikiran tersebut lenyap begitu saja. 

Menjadi guru tak melulu soal berdiri di depan kelas dan menyampaikan materi, tetapi juga mengesampingkan ego dan tetap sabar menghadapi beberapa kepala yang tak bisa dikontrol. 

Sabar adalah salah satu kunci penting untuk menjadi guru. Bentakan tak bisa keluar begitu saja dari mulut dan tersenyum adalah sebuah kewajiban saat berada di dalam kelas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline