WhatsApp (WA) menjadi aplikasi chating terpopuler di dunia. CEO Facebook, Mark Zuckerberg menyampaikan pada triwulan kedua 2017 pengguna aktif WA di seluruh dunia mencapai 1 miliar tiap harinya. [1]
Bagaimana di Indonesia? Sama. WA menjadi aplikasi mobile dengan pengguna terbanyak. Data comScore, bulan Januari 2017 ada sekitar 35,8 juta pengguna. [2]
Indonsesia masuk 3 besar pengguna WA setelah India dan Tiongkok.
Tidak heran setiap hari berseliweran pesan WA baik melalui grup maupun pesan langsung (japri). Saya merasa, kita hidup dalam lingkaran atau -ketika kurang sreg- saya menyebutnya kepungan WA.
Dampaknya? Sisi positif pasti ada. Banyak. Keluarga dan teman di kejauhan bisa terasa dekat. Menjadi sarana berbagi informasi. Terhibur karena kisah humor serta gambar / meme lucu, dan sebagainya.
Tetapi jujur -semoga demikian pula dengan Anda- dampak negatif juga bertebaran.
Terlalu banyak grup, terlalu ramai lalu lintas pesan. Akhirnya mengurangi nilai manfaat, dan malah terasa "mengganggu".
Postingan hanya bersifat meneruskan postingan orang lain, bukan karya sendiri. Sehingga sering terjadi penyebaran konten yang sama. Seragam dan berulang.
Parahnya, sebagian (besar) konten kemudian terbukti hoax. Tanpa sadar kita telah menjadi pelaku dan korban penyebaran berita palsu.
Berikut 7 gangguan WA versi saya. Semuanya berkaitan dengan kebiasaan Om dan Tante dalam ber- WA.
Om dan Tante ?? Iya.., lha memang dalam habitat WA saya member nya pantas dipanggil begitu je...