Saya tertawa geli mendengar pertanyaan seorang teman kepada saya, “Jika orangBali berwisata di Bali, mereka pergi ke mana?. Apakah sama dengan tourist-tourist yang lain?”. Teman saya itu ingin mengunjungi tempat wisata yang memang dijadikan tempat wisata bagi orang Bali sendiri. Lucu juga! Pertanyaan yang tidak umum, namun menggelitik. Kelihatannya memang tidak sama persis. Misalnya ketika pelancong Jakarta menyebut Kuta sebagai tempat tujuan teratas di Bali, belum tentu orang Bali akan menempatkan Kuta di posisi teratas. Orang Bali pergi ke Kuta untuk bekerja. Bukan untuk berwisata. Kalaupun bisa disebut sebagi berwisata, paling banter ke sana hanya untuk melihat sunset. Ada lebih banyak lagi tempat-tempat lain di Bali yang umumnya mereka kunjungi dan anggap lebih menarik.
Saya mengingat-ingat beberapa tempat yang pernah saya kunjungi saat Study Tour sekolah, maupun saat berpiknik dengan teman-teman atau keluarga saya pada hari Manis Galungan atau Manis Kuningan – karena kedua hari itu, bisa disebut sebagai hari berpikniknya orang-orang Bali. Salah satu yang saya sebutkan diantaranya adalah Taman Ujung yang letaknya di Karangasem – ujung timur Pulau Bali, kurang lebih sekitar 85 km jaraknya dari Denpasar.
Taman Ujung yang sebenarnya bernama Taman Sukasada ini menarik bagi orang Bali, karena nilai sejarah dan keindahannya. Letaknya tak jauh dari pantai dan berada pada ketinggian, sehingga jika kita berada di sana, kita bisa memandang leluasa laut yang biru di bawah langit luas membentang. Di sisi lain kita juga bisa memandang kemegahan Gunung Agung yang permai. Sungguh pemandangan alam yang luarbiasa indah.
Taman ini sebenarnya merupakan sebuah taman Istana Air yang dibangun pada tahun 1919. Dan rusak parah karena letusan Gunung Agung pada tahun 1963 dan tambah rusak lagi gara-gara gempa besar yang melanda Karangasem pada tahun 1979. Namun anehnya walaupun saat istana ini dalam keadaan rusak parah dan hanya tinggal puing-puing saja, saya ingat orang-orang Bali tetap saja berwisata ke sana untuk melihat puing-puing taman air itu. Syukurnya tahun 2004, akhirnya Istana ini berhasil di pugar kembali, walaupun ada bagiannya yang sengaja tidak direnovasi untuk mempertahankan kondisi aslinya.
Jika kita lihat tahun pembangunan taman air ini pada tahun 1909 dan dikaitkan dengan sejarah Karangasem, maka jelas sekali bahwa Taman Air ini dibangun di bawah pemerintahan I Gusti Gde Djelantik.
Kerajaan Karangasemsebenarnya telah dihapuskan pada tahun 1908 oleh Belanda dan dirubah menjadi, Gauverments Lanschap Karangasem dengan pimpinan seorang Stedehouder/ Regent yang bernama I Gusti Gde Djelantik (Anak angkat Raja Ida Anak Agung Gde Djelantik). Beliau dianugerahi gelar oleh Belanda sebagai Ida Anak Agung Agung Anglurah Ketut Karangasem pada tahun 1928. Walaupun Belanda mengurangi dan terus mengurangi kekuasaan I Gusti Gde Djelantik, namun secara umum rakyat Bali tetap memahami beliau sebagai Raja Karangasem, hingga kerajaan ini benar-benar terhapus dengan masuknya penjajahan Jepang.Beliau pula yang dikagumi sebagai seorang yang memiliki selera seni tinggi dan salah satu karya beliau adalah Taman Ujung ini. Tentu saja beliau melibatkan juga arsitek yang handal baik arsitek tradisional dari Bali, maupun arsitek dari Belanda dan China. Sehingga tidak heran, arsitektur taman ini memang bergaya campuran.
Taman terdiri atas kolam-kolam dengan istana yang mengapung di air tempat raja istirahat, bale kambang di kolam bagian selatan, bale bengong yang berbentuk bundar, bale kapal – bangunan di ketinggian tempat memantau kapal yang melintas. Sisanya adalah taman rumput dan bunga-bunga.
Saking terpesonanya orang Bali akan keindahan tempat ini, bahkan bisa kita temukan dalam lagu tradisional sekar alit yang diajarkan oleh para orangtua kepada anaknya sebagai berikut:
“Ratu bulan, ngiring ke Ujung melali/ngelila ulangun/drika wenten tlaga alit/mekekayon nyambu rakta// Sisin nyane bayem raja menumbuhin/meyeh setrup kocap/mebias baan gula pasir/lalepayan cara Jawa”.
Kalau diterjemahkan kurang lebih artinya;”Ratu bulan (ucapan kepada seseorang yang disayangi atau dipuja), mari kita pergi bertamasya ke Ujung, untuk merelaksasi pikiran, di sana terdapat sebuah telaga kecil, dinaungi oleh pohon jambu bol (pohon ini dianggap indah di Bali karena teduh dan bunganya yang pink sangat indah dan meriah). Dipinggir telaga itu ditumbuhi oleh bunga bayam hias yang indah, airnya manis seperti sirop dan pasirnya terbuat dari gula tebu, cara bersantai ala Jawa”
Ha ha..memang lagunya agak fantastis. Mana ada kolam yang berair manis seperti sirop dan berpasir yang terbuat dari gula pasir. Namun demikianlah. Orang Bali termasuk saya menganggap tempat ini adalah tempat yang sangat menarik untuk dikunjungi.
Jadi kalau pas lagi di Bali, mungkin ada baiknya juga berkunjung ke Taman Ujung Karangasem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H