Tradisi dan budaya dalam masyarakat Bali seakan sudah melekat menjadi jiwa yang damai. Dapat dikatakan bahwa masyarakat Bali tak dapat dipisahkan dengan tradisi dan budaya bahkan hanya sehari saja. Begitu banyak tradisi dan budaya yang tersebar di Bali sehingga tak jarang membuat kebingungan bagi wisatawan yang ingin menyaksikan pelaksanaan tradisi Bali.
Tentu keberadaan tradisi dan budaya ini menjadi aset yang sangat berharga bagi masyarakat khususnya sebagai daya tarik wisata. Jadi selain memang panorama Pulau Bali yang indah, adanya tradisi dan budaya juga turut menjadi pemikat hati wisatawan untuk datang ke Bali.
Tradisi dan budaya yang tumbuh dan berkembang di Bali tentu tak lepas dari sejarah nenek moyang terdahulu. Nenek moyang atau leluhur dahulu hidupnya penuh dengan filosofi dalam berbagai hal setiap harinya. Sehingga melahirkan banyak kebiasaan yang dilestarikan sampai saat ini.
Kebiasaan itu melekat begitu saja dalam masyarakat sehingga lama-kelamaan menjadi tradisi dan budaya yang wajib dilaksanakan. Nah , pelaksanaannya ini bukan berarti kalau tidak dilaksanakan akan mendapatkan denda. Namun jika tidak dilaksanakan atau mungkin lupa, yang ditakutkan ialah adanya grubug atau hal buruk yang tidak diinginkan.
Selain hal itu, mengapa tradisi dan budaya di Bali masih terjaga sampai saat ini dikarenakan adanya rasa nyaman yang timbul dalam melaksanakan rangkaian tradisi dan budaya yang ada. Sehingga dari rasa nyaman ini muncullah keinginan untuk mempertahankan suasana nyaman dan damai dalam setiap kesempatan yang ada.
Tradisi di Pulau Bali sangatlah beragam dikarenakan memang setiap daerah itu memiliki tradisi yang berbeda-beda. Jadi jika ditanya tradisi apa saja yang ada di Bali, sudah tentu orang Bali pun akan bingung menjawabnya dari mana. Inilah yang membuat Bali itu unik dengan keberagaman tradisinya.
Dibalik keberagaman tradisi itu, ada juga beberapa tradisi yang memang serentak dilakukan oleh masyarakat Bali secara bersamaan. Salah satunya ialah rangkaian Hari Raya Nyepi yang biasanya dilaksanakan serentak diseluruh Bali secara bersamaan. Rangkaian Hari Raya Nyepi ini bisa dibilang cukup panjang karena memang bertujuan untuk menyambut tahun baru caka. Rangkaian Hari Raya Nyepi yang pertama ialah lunga ke Bale Agung.
Jadi pada malam hari sebelum dilaksanakan melasti, semua Pratima (simbol dari tuhan) diarak ke Pura Desa atau yang biasa disebut Bale Agung. Semua Pratima dari masing-masing Pura Dadia (pura keluarga) akan ditempatkan bersama-sama di Bale Agung sebelum esoknya akan dilaksanakan pembersihan pada saat melasti.
Setelah semua Pratima melinggih di Bale Agung, semua masyarakat yang mengiringinya pulang ke rumahnya masing-masing untuk persiapan melasti keesokan harinya. Saat melasti tiba, semua warga akan berkumpul kembali di Bale Agung pagi-pagi buta untuk persiapan ke segara(laut). Setelah semuanya berkumpul barulah semua Pratima berangkat ke segara terdekat.
Sesampainya di segara, seluruh Pratima akan dibersihkan dan disucikan yang dipandu oleh pemangku. Setelah semua Pratima bersih dan suci, semua Pratima diarak kembali ke Bale Agung. Tujuan dari prosesi melasti ini ialah agar semua Pratima itu suci dan bersih sebelum menyambut tahun baru caka. Selama Pratima ini melinggih di Bale Agung, setiap malam biasanya akan ditampilkan tari-tarian wali sebagai sarana persembahan kepada tuhan.
Kemudian, dua hari setelahnya disebut hari raya Pangerupukan. Pada hari Pangerupukan ini identik dengan pawai ogoh-ogoh nya. Namun sebelum dilaksanakan pawai, ada beberapa rangkaian upacara yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Pertama ialah budal, dimana semua Pratima yang melinggih di Bale Agung akan budal (pulang) ke pura nya masing-masing. Setelah semua Pratima budal, dilanjutkan dengan upacara tawur atau mecaru. Upacara ini biasanya melibatkan seluruh anggota keluarga dalam pelaksanaan caru.