Lihat ke Halaman Asli

Surat Terbuka Untuk Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo

Diperbarui: 17 Juni 2015   16:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepada Yth. Bapak Presiden Republik Indonesia, Ir H Joko Widodo .

Saya berharap Bapak Joko Widodo dan keluarga, begitu pula tim Kabinet Kerja berada dalam keadaan sehat dan berbahagia selalu.

Kami di Bali adalah salah satu propinsi dengan persentase terbesar yang memilih Bapak yaitu 71,40% dari total pemilih selama Pilpres periode 2014-2019.

Bapak Presiden tentu mengetahui apa alasan kami mengapa 71,40% rakyat Bali memilih Bapak. Saya sebagai salah satu anak Bali yang memilih Bapak akan memberikan beberapa alasan saya :

1. Bapak sudah memiliki rekam jejak sebagai seorang pemimpin yang baik, tegas dan pro rakyat.
2. Bapak jujur dan bersih dalam menjalankan pemerintahan Bapak dan ini sudah saya pelajari sejak Bapak menjabat sebagai walikota Solo. Saat saya mengajar di Universitas Sebelas Maret ( UNS ) pada bulan Oktober 2013 saya bersama Mamak berkeliling kota dan menikmati keindahan dan kebersihan kota yang pernah Bapak pimpin, disitulah kami jatuh hati Pak, pada anda, sebagai seorang pemimpin. Mamak dan saya membayangkan seandainya semua desa dan kota bisa berjalan harmonis seperti di Solo alangkahnya bahagianya rakyat Indonesia.
3. Bapak tegas dan dalam setiap mengambil keputusan selalu mengutamakan kepentingan rakyat banyak. Saya masih ingat berita yang saya baca betapa Bapak memperjuangkan nasib para pedagang di Solo dan menentang pembangunan mal yang merugikan dan membuat para pedagang kaki lima tersebut akan kehilangan mata pencahariannya. Latar belakang keluarga kami sebagai pedagang yang sudah 3 generasi berdagang di pasar tradisional dan keluarga kami merasakan secara langsung dampak dari dibukanya mal-mal dan pusat oleh-oleh skala besar di Bali yang mematikan para pedagang tradisional, sehingga para pedagang kecil semakin tersingkirkan dan mulai mati suri. Pada saat kampanye salah satu program Bapak adalah menghidupkan kembali pasar-pasar tradisional ini sangat membuat saya terharu dan saya percaya Bapak pasti akan mewujudkannya melalui tim Kabinet Bapak.
4. Program perijinan satu pintu yang saya impikan, sebagai pelaku usaha UKM, salah satu kendala yang kami hadapi adalah proses birokrasi perijinan yang rumit. Proses Ijin Industri yang kami ajukan sejak tahun 2011 masih belum selesai lho Pak, alasannya cukup sederhana, karena kami menjalankan prosesnya secara jujur dan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan pemerintah. Dengan adanya Program Perijinan Satu Pintu yang Bapak canangkan, menambah semangat saya akan Indonesia yang lebih baik dan saya bertambah yakin untuk memilih calon yang memiliki program tersebut. Dan Calon Presiden itu adalah anda.
5. Pendukung kelestarian alam, saya membaca biografi Bapak dan disana saya mengetahui bahwa Bapak adalah Sarjana Kehutanan dan tentunya Bapak sangat mengutamakan kelestarian alam beserta isinya. Kami di Bali saat ini menghadapi permasalahan yang sangat besar Pak dengan diloloskannya Perpres No.51/2014 tentang Reklamasi Benoa yang sudah nyata-nyata akan merusak keseimbangan alam dan kebudayaan kami. Yang akan menghancurkan masa depan anak cucu kami. Bali adalah sebuah pulau kecil dengan keindahan alam, seribu pura, kuatnya adat istiadat dan keramahan penduduknya. Itulah yang membuat wisatawan jatuh hati dan datang ke Bali. Di masa 10 tahun terakhir, pembangunan di Bali sudah tak lagi terkontrol, di setiap jengkal tanah kosong kini banyak berdiri hotel-hotel, villa-villa tanpa jiwa yang hanya sekedar membangun dan kemudian menjual kamar mereka dengan harga murah, mematikan usaha penginapan lokal yang telah berdiri puluhan tahun lamanya. Di daerah Petitenget di tempat kami tinggal pada radius kurang dari 2 km, kini telah berdiri 6 hotel chain besar dengan ratusan kamar perhotelnya, salah satunya dibangun hanya dengan jarak sekitar 5m dari rumah kami.


Pada saat Bapak berkunjung ke Bali beberapa waktu yang lalu ( Untuk memenuhi janji Bapak bahwa propinsi pertama yang akan Bapak kunjungi setelah terpilih nanti adalah Propinsi Bali ), Bapak pun menyampaikan ke pada media bahwa Bapak ingin menjadikan Bali sebagai daerah tujuan wisata yang eksklusif, untuk menghadapi pasar global, pembangunan kepariwisataan Bali hendaknya terseleksi lebih menekankan pada pariwisata yang dijual mahal dengan orientasi kualitas. Bukan diobral atau dijual murah dengan orientasi kuantitas. Wisatawan berkualitas, sejatinya bukan hanya identik dengan wisatawan yang berkantong tebal. wisatawan berkualitas adalah wisatawan yang memiliki kepedulian dan apresiasi positif terhadap budaya, lingkungan dan manusia Bali itu sendiri. Bukankah begitu, Pak ?
Disaat yang sama, Bapak juga menemui para aktivis pecinta alam Bali yang menentang Perpres No. 51/2014 mengenai Reklamasi Benoa. Aktivis yang tanpa menyerah menyuarakan suara mereka, mewakili kami, rakyat kecil yang tak ingin pulau kami tenggelam, merusak tatanan lingkungan hidup yang menjadi tembok pelindung kami, yang tak ingin pulau kami menjadi pulau seribu hotel tanpa jiwa, yang tak ingin adat istiadat kami tergerus oleh kedatangan turis tanpa filter, yang tak ingin anak cucu kami akhirnya menjadi penonton di rumah kami sendiri, dan pada saatnya tiba, Bapak, saya dan juga generasi masa ini tentunya sudah berpulang padaNya. Untuk anak cucu kami akan terlambat untuk mereka berjuang Pak, jika bukan Bapak dan kami, siapa lagi yang akan memperjuangkan masa depan mereka ?

Marilah kita belajar dari Reklamasi Serangan : ( tulisan berikut saya kutip dari tulisan Ida Bagus Agung Partha )

INGATLAH SANUR YANG PERNAH TAK BERPANTAI.

(Tidak banyak yang tahu, ada satu masa di mana Sanur tidak memiliki pantai. Yang ada hanya tebing yang langsung berbatasan dengan laut, yang ombaknya semakin hari semakin banyak mengikis daratan. Tebing setinggi 1-2 meter menjadi batas antara daratan dengan lautan. Tidak juga banyak yang mengetahui saat pemilik-pemilik hotel di Sanur berada dalam situasi yang sangat sulit akibat banyaknya tamu-tamu yang kecewa tidak mendapatkan pantai yang tertera di brosur. Jangankan pantai yang tenang, pantainya saja tidak ada.

Semua berawal saat penguasa saat itu merestui pembangunan sebuah mega-projek Reklamasi yang menutup sebagian permukaan laut dan menyulapnya menjadi daratan. Ribuan bakau di tepian laut musnah. Ribuan biota yang hidup menjaga keseimbangan ekosistem pun ikut punah. Pulau Penyu yang menjadi identitas pulau itu kehilangan penyunya. Sebuah bencana ekologi terjadi tanpa ada seorangpun yang sanggup mencegahnya. Bencana yang tidak hanya berimplikasi lokal dengan hilangnya sejumlah penyangga kehidupan itu, melainkan juga berdampak pada daerah-daerah pesisir di sekitarnya.

Akibat reklamasi pada saat itu, ada perubahan arus yang memutar ke arah Sanur, mengikis pantai-pantainya sampai habis. Tak hanya sampai di Sanur, arus juga bergerak ke Ketewel, ke Pantai Lebih dan seluruh pesisir di bagian Tenggara Pulau Bali, dan mengakibatkan abrasi besar-besaran yang bahkan terus terjadi hingga kini. Sanur barangkali sedikit "beruntung" karena di pesisirnya tumbuh industri pariwisata yang mampu membangun blok pertahanan sendiri untuk menahan gempuran ombak. Sanur juga beruntung karena beberapa bulan sesudahnya, BANK DUNIA datang membantu. Melalui sebuah konsorsium perusahaan Jepang yang bernama JICA, Sanur memiliki pantai buatan seperti saat ini. Namun bagaimana dengan daerah-daerah lainnya yang tidak punya cukup dana segar untuk mempertahankan ujung tanahnya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline