Lihat ke Halaman Asli

Ni LuhArum

Analis Pemberdayaan Masyarakat

Meningkatkan Kesehatan Masyarakat di Daerah Tertinggal: Mengupas Evaluasi Program Promosi Kesehatan

Diperbarui: 7 Juni 2024   21:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Desa Tertinggal Rote Ndao

Daerah tertinggal seringkali menjadi medan uji tantangan kesehatan yang unik, mengharuskan kita untuk mengevaluasi program-program kesehatan dengan cermat guna memahami kondisi sebenarnya. Evaluasi program kesehatan di wilayah-wilayah ini tidak hanya penting untuk memperbaiki kesehatan masyarakat setempat tetapi juga untuk mencapai tujuan global Sustainable Development Goals (SDGs) yang mengadvokasi pelayanan kesehatan universal.

Data statistik yang tersedia menggambarkan betapa rendahnya capaian kesehatan di daerah-daerah tertinggal Indonesia. Prevalensi stunting, tingginya angka kematian ibu dan bayi, serta cakupan imunisasi yang rendah menjadi gambaran dari berbagai masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, evaluasi mendalam terhadap program promosi kesehatan di wilayah ini menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi penyebab rendahnya capaian dan merumuskan solusi yang tepat.

Model Evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Product) adalah kerangka kerja yang berguna untuk mengevaluasi program-program promosi kesehatan. Afirmasi percepatan pembangunan di daerah tertinggal membutuhkan pendekatan holistik-terintegratif, analisis konteks sangat penting untuk memahami tantangan lokal seperti akses terhadap layanan kesehatan dan dukungan pemerintah. Evaluasi input mencakup penilaian terhadap sumber daya yang tersedia, seperti anggaran dan tenaga kesehatan, sementara evaluasi proses menilai implementasi program dan partisipasi masyarakat. Terakhir, evaluasi produk mengukur dampak program terhadap perubahan perilaku dan kesehatan masyarakat.

Studi literatur dan tinjauan kebijakan menunjukkan bahwa program promosi kesehatan di daerah tertinggal menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Jika ditinjau dari kompleksitas "konteks", prioritas kebijakan yang lebih fokus pada pembangunan infrastruktur kesehatan daripada promosi kesehatan menjadi salah satu hambatan utama. Sementara jika dilihat dari sisi "input", kurangnya alokasi sumber daya untuk peningkatan kapasitas, pelatihan tenaga kesehatan dan produksi materi pendukung juga menimbulkan ketidakseimbangan dalam implementasi program.

Pelaksanaan program dari konstruk "proses" juga menghadapi kendala, seperti partisipasi masyarakat yang rendah, kualitas pelaksanaan yang masih perlu ditingkatkan, dan komunikasi yang kurang efektif. Belum adanya standar kualitas bagi promotor kesehatan di daerah tertinggal juga menjadi faktor yang mempengaruhi efektivitas program. Dampak dari program promosi kesehatan sebagai  luaran "produk "juga belum mencapai tingkat yang diharapkan. Rendahnya capaian program tercermin dalam statistik seperti angka harapan hidup yang masih rendah dan proyeksi tidak tercapainya target Indeks Pembangunan Manusia di daerah tertinggal pada tahun 2024. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan perilaku dan dampak jangka panjang dari program masih belum optimal.

Untuk meningkatkan efektivitas program promosi kesehatan di daerah tertinggal, sejumlah rekomendasi dapat dipertimbangkan:

  • Penyusunan Kebijakan yang Lebih Fokus: Pemerintah Pusat-Daerah perlu memprioritaskan promosi kesehatan dalam perencanaan kebijakan dan alokasi anggaran sesuai kebutuhan dan prioritas isu. 
  • Penguatan Sumber Daya Manusia: Penting untuk mengalokasikan program peningkatan kapasitas dan insentif promotor kesehatan, serta memastikan ketersediaan materi pendukung yang berkualitas. Pemanfaatan dana desa dapat menjadi solusi alternatif.
  • Meningkatkan Partisipasi Masyarakat: Pemerintah daerah dan pihak terkait perlu meluncurkan kampanye edukasi berbasis budaya lokal yang melibatkan masyarakat dan tokoh setempat dengan basis pemberdayaan.
  • Implementasi Sistem Pemantauan dan Evaluasi: Tenaga kesehatan perlu melaksanakan sistem pemantauan dan evaluasi yang rutin untuk menilai efektivitas program dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

Evaluasi program promosi kesehatan di daerah tertinggal menjadi penting untuk memahami tantangan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat setempat dan merumuskan langkah-langkah perbaikan yang tepat. Melalui pendekatan holistik seperti Model Evaluasi CIPP, maka identifikasi masalah dapat dilakukan untuk selanjutnya dikembangkan strategi yang lebih efektif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat di daerah-daerah yang terpinggirkan. 

Dengan langkah-langkah yang tepat, diharapkan program promosi kesehatan dapat memberikan dampak yang lebih besar bagi derajat kesehatan masyarakat di daerah tertinggal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline