Lihat ke Halaman Asli

Nilna Safira

International Relation

Jejak Diplomasi Khulafa' Ar-Rasyidin I: Abu Bakar Ash-shidiq dan Umar bin Khatab

Diperbarui: 23 September 2022   00:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Kepergian Rasulullah SAW yang merupakan suri tauladan dunia Islam, menjadi suatu momen yang sangat memilukan bagi umat muslimin khususnya. Mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Rasulullah SAW berupa al-Qur'an, merupakan tuntunan sempurna yang termaktub untuk menjadi pedoman abadi bagi umat manusia. Perilaku dan ucapan Rasulullah SAW disebut sunnah, juga merupakan tuntunan penjelas bagi makna-makna yang terisrat dalam al-Qur'an. 

Setelah wafatnya Baginda Nabi Muhammad SAW, tajuk kepemimpinan harus segera diestafetkan kepada umat muslim. Namun sampai tutup usia, Rasulullah SAW tidak pernah menyebutkan kepada siapa tajuk kepemimpinan tersebut akan diteruskan. Maka, para sahabat Rasulullah SAW secara musyawarah mufakat, meneruskan kepemimpinan tersebut. Masa kepemimpinan ini disebut masa Khulafa' Ar-Rasyidin.

Abu Bakar ash-shidiq

Amanat kepemimpinan khulafa' ar-rasyidin yang pertama diemban oleh Abu Bakar ash-shidiq. Beliau adalah sahabat Rasul yang pertama meyakini perjalanan hijrah Rasul. 

Sahabat yang paling setia menemani Rasulullah SAW dalam perjuangannya. Hal tersebut dapat dilihat ketika Abu Bakar menemani Rasulullah SAW berperang di jalan Allah SWT dalam perang Uhud dan perang Badar, terlebih pada perang Badar ia harus berhadapan dan memerangi anaknya Abdur Rahman, yang berada dipihak kaum musyrikin. 

Dalam beberapa riwayat menyebutkan bahwa, Abu Bakar merupakan Amirul Hajj (pemimpin haji) pertama. Saking dekatnya beliau dengan Rasulullah SAW, beliau pernah menggantikan Rasulullah SAW menjadi imam shalat sebanyak 17 kali.

Abu Bakar ash-shidiq merupakan sosok sahabat yang memiliki karakter kuat. Ia adalah sosok yang tegas namun juga pemaaf. Karakternya ini telah dibuktikan saat ia menghadapi pemberontak, walaupun ia melakukan revolusi terhadap orang yang murtad dan pemberontak. Contok para pemberontak yang dimaafkan adalah Qara' bin Habirah, Amir bin Mahdi dan Asy'ats bin Qays. 

Abu Bakar juga melakukan kesepakatan-kesepakatan kepada beberapa pihak. Beberapa kesepaktan yang dimaksud yaitu kesepakatan Najiran yang menyepakati tentang toleransi terhadap Islam dan Kafir. Kemudian kesepakatan Najiran direfleksikan lebih lanjut dalam kesepakatan Hirah.

Dalam kebijakannya Abu Bakar ash-shidiq memiliki prinsip-prinsip yang ia terapkan selama masa kepemimpinannya. Beberapa prinsip kebijakan tersebut adalah:

  • Bahwa khalifah bertanggung jawab melaksanakan kewajiban pada Allah SWT dan manusia.
  • Masyarakat berhak untuk memantau dan mengkritik tindakan khalifah
  • Khalifah harus memastikan untuk memberikan kedamaian pada masyarakat

Selain dengan kebijakan-kebijakan yang sudah dipaparkan diatas, Abu Bakar juga melakukan revolusi terhadap pemberontakan dan pemurtadan yang terjadi. Upaya berikut merupakan bentuk dari diplomasi yang dilakukan Abu bakar, yakni pengiriman sebelas ekspeditor ke berbagai wilayah untuk memberangus orang murtad yang mengaku sebagai Nabi. Contohnya beliau mengirimkan sahabat Aswad Al-Ansi di Yaman dan Thulaihah di Timur Laut. Upaya inilah yang merupakan sebuah bentuk diplomasi dari Abu Bakar ash-shidiq.

Umar bin Khatab

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline