Lihat ke Halaman Asli

"Mbak-mbak" yang Baik Hati

Diperbarui: 24 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Biasanya, aku tak pernah berani dirumah sendirian. Ketika orang tuaku berpergian, aku selalu ditemani tetanggaku. Dia sebenarnya adalah orang yang baik, tapi aku agak sebel dengan sikapnya yang tak pernah bisa diam. Apa-apa dikomentari, tak pernah sedetik pun diam. Sebel!
Suatu sore, sekitar jam 17.30 orang tuaku menjenguk salah satu tentanggaku yang masuk rumah sakit. Ibuku sudah memperkirakan kalau bakal pulang malam. Beliau pun meminta tetanggaku (tetangga yang biasanya menemaniku) untuk menemaniku dirumah. Namun, sayang tetanggaku tidak ada dirumah. Dia ssedang pergi kerumah saudaranya (entahlah, aku ga tau disana ngapain.
Mau tidak mau sore itu aku dirumah sendirian. Sebenarnya aku tidak mau dirumah, tapi mau bagaimana lagi. Kasian ibuku kalau aku tidak memperbolehkannya pergi. Sebagai anak yang baik, aku memperbolehkan ibuku menjenguk tetanggaku.
Seperti biasa, aku menonton sponge bob. Itu salah satu film kesukaanku (kakakku paling anti sama sponge bob). Nah, waktu berjalan begitu cepat. Tiba-tiba sudah malam, pintu rumah belum dikunci. Aku melihat keluar, ternyata diluar sudah gelap. Aku merasa takut, apalagi teringat pesan mendiang nenekku. Kalau sore-sore pintunya terbuka bakal ada binatang buas yang masuk rumah. Aku semakin ketakutan.

Aku ingin menutup pintu rumahku, namun aku tak punya cukup keberanian untuk menutupnya. Pertama, aku dirumah sendirian. Kedua, diluar sudah gelap (Aku takut gelap). Ketiga, pas aku didepan pintu tiba-tiba ada pencuri atau orang asing didepan pintu bagaimana?
Perasaaan-perasaaan aneh tersebut menghantui pikiranku. Akhirnya aku memutuskan untuk tidak menutup pintu tersebut. Terserahlah… Padahal dalam hati aku pengen banget menutup pintu rumahku.
Tiba-tiba……
Kreeeeek……
Pintu rumahku menutup dengan sendirinya. “oh, kena angin,” pikirku. Tapi aku sedikit takut. Serem banget. Meski Cuma tertiup angina, tapi membuat suasana begitu ekstrim.
Cekleeek….
Suara pintu terkunci.

“HAAAA…. TERKUNCI? Bagaimana bisa pintu terkunci dengan sendirinya.” Aku tak melihat seorangpun disana. TIDAK ADA ORANG! Terus siapa yang menutup pintu dan menguncinya? Aku memang ketakutan ketika pintunya terbuka, tapi kalau seperti ini caranya aku semakin tambah takut.
Masa bodoh! Aku tak mau memikirkannya. Mungkin, “mbak-mbak” yang jaga rumah ini kasian sama aku. Dia tahu kalau aku takut menutup pintunya. Jadi, dia membantuku menutup dan mengunci pintu rumah. Dia melakukan hal itu agar aku tidak ketakutan lagi. Oke… Aku sangat berterimakasih :)
Aku tahu kalo itu mbak-mbak, karena kakakku pernah menangkap foto mbak-mbaknya dijendela. kakakku emang sedikit iseng sih. Tapi foto itu kami rahasiakan dari orang tuaku, terutama ibuku. Aku takut kalau dia bakal ketakutan dengan foto tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline