Lihat ke Halaman Asli

Setangkai Marah Merah

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Assalamu’allaikum…”

“Wa’allaikumsalahm…”

“Baru pulang Shiff?” tanyaku ke Shiffa. Kemudian aku melanjutkan melayangkan sendok ke arah mulutku. “Nyam… nyam… nyam….”

“iya, kalian makan apa?” Shiffa duduk disampingku sambil melihat-lihat apa yang aku makan.

“Ini, tadi beli di Sagan.” Jawabku singkat. Kemudian aku melanjutkan melahap makanan di depanku.

Shiiffa hanya duduk manis disampingku. Mengamati apa yang aku makan. Tak lama kemudian, temannku yang lain datang sama yang dilakukannya, duduk dan mengamati. Seperti itulah kebiasaan kami. Selalu seperti itu.

“hmmm… kok ada bau aneh sih?” Deew mengendus-ngendus seperti hmm “nanana” taukan maksudku?

Semua anak mulai ikutan mengendus-ngendus. Ini lebih mirip kumpulan “nanana”.

“Waaah…. Ini dia penyebabnya.” Si Cella yang mempunyai indra pengendusan tingkat atas menemukan sumber bau tidak sedap itu. semua anak menoleh kearah depan hidung Cella.

“Ya ampun… Ini kerjaan anak FIK ya?” semua anak menggelengkan kepala. Terlihat setumpuk kaos kaki berada di sebuah rak sepatu. Pantesan saja baunya nggak nahan. Belum lama ini ada anak FIK yang masuk kostku. Anak baru ini ternyata membawa virus kaya gini.

Setelah adegan kaos kaki itu, kami tetap berada di tempat semula. Aku masih melanjutkan melahap makananku, Deew dan Iffa juga melanjutkan makanannya. Kami sudah melupakan tentang bau kaos kaki tadi.

“ehhh.. tau nggak? Aku tadi dapet bunga lhoo.!” Aku mengeluarkan setangkai bunga mawar dari tasku.

“Eh… dari siapa Lan?”

“Serius”? bola mata Cella hampir keluar dari matanya.

Aku hanya tersenyum-senyum. Aku melanjutkan melahap satu lahapan ca kangkung kesuakaanku.

“Dari siapa Lan?” Iffa menghentikan makannya. Semua anak tertuju kepadaku. Aku benar-benar akan diinterogasi nih.  Tapi aku tetap santai,

“Okeee, aku ceritakan ceritanya ya?”

******

Tadi dikampus ada acara, dimana aku masuk jadi anggota organisasi itu. aku jaga buku presensi, sama konsumsi untuk perserta. Acara sudah hampir dimulai, tapi yang datang baru sedikit. Aku mulai cemas. Aku mengengok kanan-kiri. Siapa tahu ada yang mau ikutan lagi.

Di ujung lorong, terlihat seorang anak laki-laki berjalan ke arahku. Kayanya aku kenal dengan cowok itu.

*******

“Nyamm….nyam… nyam….” Aku menghentikan ceritaku. Aku kembali melayangkan sesendok ca kangkung ke mulutku.

“Lani…. Buruan dong. Dia itu siapa?” Shiiffa berbicara dengan nada agak jengkel. Semua anak juga terlihat seperti itu. mereka menantikan kelanjutan ceritaku.

“Iya bentar,” aku melanjutkan ceritanya.

*****

Ketika cowok itu berjalan semakin dekat.

“teeeett…teeett…..” hpku bergetar. Aku duduk dibawah meja. Aku melihat ada sebuah pesan dihpku.

Affi:>> Kak, maaf aku nggak bisa ikut kajian. Aku ada acara sama anak-anak yang lain.

Aku:>> Iyaa… ggp kok. J

“mbak, ini benar untuk acara kajian ya?” Aku mendengar suara seseorang yang tak asing lagi ditelingaku. Aku merasa aku pernah bertemu dengannya sebelumnya.

“Iya mas, benar. Silahkan isi buku absensi dulu.” Temanku menjawab pertanyaan cowok tadi. Aku bersiap-siap untuk berdiri dan melihat siapa cowok tadi.

*****

“nyam… nyam… nyam…” aku memasukkan sesendok ca kangung lagi kemulutku.

“Lani… tuh cowok siapa?” Tanya Deew. Dia begitu antusias.

“Dia (Mr.x)?” Cella menyebutkan nama seseorang yang aku kenal.

“heh, nggak boleh nyebutin nama dia lagi! Kamu ini gimana sih Cell, ingat kesepakatan kita!”

“heheh… ya maaf. Oke, trus siapa tuh cowok?”

Aku melanjutkan cerita lagi.

****

Ketika aku akan berdiri, tiba-tiba….

“teeet.. teeet…” sebuah pesan aku terima.

Affi:>> Okee. Kak. Terimakasih. J

Aku:>> Siiph. J

Ketika aku berdiri, cowok itu sudah ada didepan pintu. Aku hanya melihat tas yang dia pakai. Aku semakin yakin, aku pernah melihat tuh cowok. Aku merasa aku kenal dengannya. Tapi sudah terlambat tuh cowok sudah terlanjur masuk ke dalam ruangan.

“Lani, kamu mau jaga disini atau mau masuk?” Tanya temenku.

“Aku masuk aja.” Aku melangkah ke dalam. Aku memegang ganggang pintu.

“eh… kamu saja yang didalam. Aku jaga diluar saja” nggak tahu kenapa tiba-tiba aku berubah pikiran. Aku nggak mau masuk ruangan itu. Akhirnya, temanku yang masuk ke ruangan dan aku jaga diluar.

******

“nyaaammm….. nyaammmm… nyaammm…”

“waah, ini ca kangkung enak banget ya?” kataku sambil menguyah sesendok ca kangkung.

“Tau ah, Lan!” jawab Shiffa dengan nada jengkel.

“Terus gimana Lan?” Tanya Cella penasaran. Mereka semua sangat antusias mendengarkan kelanjutan ceritaku.

“hehehe…. Bentar. Aku telan dulu.” Aku melanjurkan cerita.

*****

Beberapa saat kamudian, temanku yang lain datang. dia menggantikanku menjaga buku absensi. Akhirnya aku masuk dalam ruangan itu.

Tanganku sudah memegang ganggang pintu. Aku menariknya secara perlahan. Pintu sudah terbuka, aku melangkahkan kakiku ke dalam ruangan yang sekrang telah penuh sesak itu. Aku melihat ke kanan dan kekiri, mencari-cari tempat yang kosong. Akhirnya aku menemukan salah satu tempat yang kosong.

Aku melangkahkan kaki secara perlahan, aku mendapatkan tempat duduk yang paling nyaman. Paling dekat dengan AC. Ini bukan tempat duduk yang nyaman, tapi menyiksa. Aku bisa mati kedinginan di tempat ini.

Ketika aku memperhatikan kearah sekelilingku. Aku melihat cowok itu tidak jauh dari tempat dudukku. Aku semakin yakin, kalau aku pernah mengenalnya. Aku memperhatikannya dari belakang dengan seksama. Tetap saja aku tidak tahu dia itu siapa, aku tak melihat wajahnya. Akhirnya aku putuskan untuk melupakan tentang siapa cowok tadi. Aku memperhatikan diskusi dalam ruangan itu.

Beberapa saat kemudian, diskusi telah selesai. Aku buru-buru meninggalkan ruangan kutub utara itu. benar-benar sangat menyiksa di tempat itu.

“Mbak…. Mbak… mbak…”

*****

“nyam… nyam…nyam…”

“Sumpah, enak banget nih ca kangkung. Kayanya aku besok ke Pak Jhon lagi deh.” Aku memainkan sendokku diantara potongan ca kangkung di atas piring.

“Ah,,, lani. Lanjutin dong.” Cella begitu antusias.

“hehehe… iya sebentar.” Aku melayangkan sesendok ca kangkung ke mulutku lagi. Untuk sekian kalinya mereka aku buat jengkel. Biarin mati penasaran. Hahahaa

*****

“mbak….mbak… mbak,,,”

Aku mendengar seseorang memanggilku. Tapi disana kan banyak anak cewek. Dan yang dipanggil mbak bukan hanya aku saja. mungkin yang dipanggil itu bukan aku. Mungkin temanku yang lain. Aku mempercepat langkah kakiku. Aku tak merpedulikan suara tadi.

“Lani… Lani… Lani…”Ada seseorang yang memanggilku. Seseorang yang tak asing lagi bagiku. Aku menghentikan langkah kakiku dan menoleh kebelakang.

“Lani… tuh ada cowok yang mencarimu.” Kata temenku yang memanggilku tadi.

“hah? Cowok? Siapa?” tanyaku bertubi-tubi.

“Aku nggak kenal. Dia masih diruangan kok. Kamu masuk aja. Aku buru-buru nih.” Temanku tadi kemudian berlari meninggalkanku yang masih begong. Biasalah agak telmi.

Tapi sebentar, cowok? Mencariku? Aku dicari cowok? Siapa ya? Mungkinkah cowok yang tadi?

***

“bentar ya… aku ngambil minum dulu. Haus banget nih.”

“heh,…. Ga boleh. Ga boleh. Selesaiin dulu.” Kata Cella.

“Siapa Tuh cowok?” Tanya Deew.

Aku berlari meninggalkan mereka yang masih dalam posisi amat serius. Beberapa waktu kemudian aku kembali duduk.

“Baguskan bunganya?” aku mencium bunga itu, dan sejuta senyuman mengembang dimukaku.

“Siapa tuh cowok?” Tanya Cella.

“Lani, buruan lanjutin. Itu cowok siapa? “kata Shiffa.

Aku pun terpaksa melanjutkan cerita ini.

*****

Aku melangkahkan kakiku menuju ruangan itu. tanganku memegang ganggang pintu, dengan perlahan aku menariknya. Aku melihat cowok itu, cowok yang dari tadi aku maksud. Dia berdiri didepan sebuah meja deretan paling depan. Aku tidak melihat ada orang selain dia. Mungkinkah cowok itu yang mencariku? Aku belum melihat wajah cowok itu. Dia membelakangi pintu.

Aku berjalan secara berlahan.  Aku merasa, aku pernah ketemu dengan cowok ini. aku amat sangat yakin aku pernah bertemu dengan dia sebelumnya. Tinggi, kurus, rambut acak-acakkan. Aku merasa aku kenal dengan cowok ini.

Aku melangkah dekat dan semakin dekat. Hingga dia menyadari keberadaanku. Dia mulai menolehkan mukanya.

Dan

Cowok itu melihat kearahku. Dia semakin dekat, dan semakin dekat. Kemudian dia memasukkan tangannya kedalam tas. Dia mengeluarkan sesuatu dari tas merek Devada warna coklat tua itu. Barang itu dia sodorkan kearahku seraya berkata:

*****

“blukk… blukk.. bluk..”

“kemana Lan?” teriak Shiffa.

“heey…!” Teriak Deew.

“ke kamar kecil dulu, kebelet nih.” Aku berlari kekamar kecil.”

“waaaah… buruan!!!” mereka berteriak secara bersamaan. Kompak banget nih anak.

Beberapa saat kemudian,

“buruan, lanjutin ceritanya!”  kata Cella.

Aku memainkan bunga mawar merah itu. sebelum aku melanjutkan cerita ini, aku menciumnya beberapa kali.

*****

Cowok itu menyodorkan sesuatu serambi berkata: “mbak, ini ada yang ketinggalan”.

Cowok itu menyodorkan buku catetanku tadi. Dan aku telah mengenal cowok tadi. Ternyata itu cowok penjaga fotokpian dekat kostku.

“terimakasih ya mas,” aku mengambil buku itu. dan langsung keluar ruangan.

Ketika aku berjalan, aku melihat serangkaian bunga didekat pintu. Aku mengamati bunga-bunga itu. eh teryata, ada setangkai bunga mawar. Masih segar, jadi aku ambil dan aku bawa pulang.

*****

“guk… guk… gukk…” aku meneguk segelas air menyudahi ceritaku tentang bunga mawar ini.

Semua anak masih terdiam tak berbicara.

“jadi… begitu, aku tadi dapet bunga ini didekat pintu. Kan sayang bunga sebagus ini mau dibuang, jadi aku ambil saja. ahhahahaahah”

“waaahhh…. Edan kamu Lan” Kata Cella. Sambil menunjuk-nunjuk kearahku. Ekspresi mukanya sangat aneh.

“Gilaa..kamu!” kata Shiffa.

“haaaahhhh…. Kamu ini mbak!” ucap Effi.

“hahahahhhahaha…. Jadi intinya bunganya bukan yang ngasih cowok?” kata Deew.

“ya bukanlah.” Jawabku. Aku mencium bunga itu berulang-ulang. Aku tersenyum-senyum kearah Cella dan Shiffa.

Aku kemudian masuk ke kamar. Bunga mawar itu aku cium untuk sekian kalinya. Aku membuka sebuah kotak bersampulkan bintang-bintang. Bunga mawar itu aku letakkan disamping setangkai bunga mawar yang telah mengering dan sejumlah benda aneh.

Sepertinya, ceritaku ini tak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan dan yang mereka harapkan. Tetapi itulah kenyataannya. Bunga mawar ini, aku temukan di dekat pintu. Bunga mawar yang begitu indah terlantar begitu saja. kita manusia harus bisa menghargai setiap keindahan yang ada didunia ini. seperti bunga mawar ini, keindahannya tidak begitu lama, dia akan layu dan mengering. Namun, cerita keindahan tetang bunga mawar ini tidak akan pernah layu dan mengering karena waktu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline