Lihat ke Halaman Asli

Plus Empat Minus Tiga

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1357102425423956578

Senja itu, hujan turun dengan lebat ditemani angin serta suara halilintar. Kilatan cahaya pun bagaikan lampu disko. Apakah langit sedang mengadakan pesta? Ataukah para dewa sedang rapat dan terjadi perselisihan pendapat. Yaah.. seperti rapat-rapat DPR sekarang. Tempat rapat dijadikan ajang pertempuran. Seperti anak kecil yang memperebutkan boneka mainannya (kog malah nggak nyambung yah?) Pohon-pohon bertumbangan terhembas angin. Mobil, motor dan bangunan menjadi sasarannya. Hujan yang datang dimusim yang salah. Tak ada yang akan mengira, hujan akan turun disenja itu.

Setiap orang tak berani menampakkan wujudnya di luar rumah. Mereka takut terhempas angin dan mendarat di luar angkasa. Termasuk gadis itu. Tiara. Gadis itu sedang melakukan kegiatan rutinitasnya. Skiping?  Untuk apa? Pasti kamu juga bertanya seperti itu.

“ Udah dapet berapa Tiara?”

“Baru 1000….. huh…” jawabku sabil mengatur nafas.

“Semangat yah buat farmasi!!!”

“Bukan farmasi tapi buat Mas Affan!!!”

Oww iya aku lupa kenalin diriku. Aku Tiara. Gadis itu adalah aku. Dengan segala kerendahan hati serta dengan sekuat tenaga aku mendeskribsikan seperti apakah aku itu? Aku adalah seorang gadis yang sedang duduk dibangku kuliah yang sedang dilema karena sang cowok dambaan  kabur entah kemana. Tanpa sebuah pesan dan salam perpisahan. Dan aku mulai mengoreksi apa kekuranganku.

Tinggiku standar untuk ukuran cewek. Kulit yaa nggak hitam-hitam amat. Sawo matanglah. Rambut panjang, agak gelombang tapi masih bisa dibilang lurus. Muka hmm….. ini dia, ada beberapa gunung alami tumbuh diwajahku. Ini yang bikin aku sebel plus berat tubuhku itu loh yang bener-bener bikin nyesek. 50 kg buk… bayangin tinggiku 156cm dengan berat badan 50 kg. Aku masuk kategori normal tapi normal kurang sedikit sedikit.

Aku sering kali dibuat patah hati. Cowok dambaanku sering kabur entah kemana. Dan akhirnya seperti saat ini. Aku jomblo. Jomblo karena nasib nggak dapat cowok. Sebagai orang yang jomblo aku nggak boleh menanti saja. Sekarang aku memulai memikirkan cewek yang seperti apa yang diinginkan cowok tuh. Aku nggak mau frustasi cuma gara-gara cowok.

Aku sekarang udah nentuin target. Namanya Mas Affan. Dia kakak angkatanku. Tinggi, cakep, putih dan senyumnya itu kagak nahan banget. Huiihhh….. manist banget. Tapi gimana dia mau jadi cowokku. Nglirik aku aja nggak. Secara aku tuh bukan tipenya banget, sikapku yang atuh tak acuh sama penampilan serta gayaku yang sedikit tomboy nggak masuk dalam criteria cewek idamannya. Sedangkan dia itu suka cewek yang anggun. Aku jauh dari kata anggun dan dengan bentuk tubuhku yang sekarang ini aku nggak akan pernah ada dalam daftar cewek incarannya.

Kemudian peri kost pun menghampiriku. Dia nggak tega liat tiap hari aku galau didepan pintu menatap bintang dan berharap bisa menggambilnya. Dia adalah Ania. Si peri kost-kostan. Aneh ya sebutannya tapi biyarlah, penulisnya juga aneh kog. Dia amat tau dengan fashion dan tentang bagaimana jadi cewek yang anggun. Dia mulai mempermak penampilanku, sedikit demi sedikit.

Untuk mendapatkan berat tubuh ideal. Aku mempunyai semboyan “plus 4 minus 3”, maksudnya adalah plus 4cm dan minus 3kg. Untuk mencapai target itu setiap hari aku skiping, pola makan seperti  zaman krisis dan renang yang membuat warna kulitku menjadi tambah gelap

“99, 100…. Awhhhh akhirnya selesai juga…”

“Dapat berapa?”

“Dapet 2000”…

“Bagus…. Besok lagi ditingkatin!! Buat Mas Affan!!!”

“Okelah….”

Akhirnya skiping untuk sore ini selesai juga. Apapun akan aku lakukan untuk Mas Affan. Dia adalah semangatku untuk melupakan anak farmasi yang bertahun-tahun mengahantui hidupku. Dia yang telah mencabik-cabik hatiku. Membuat aku melayang dan kemudian aku dihempaskan ke dalam semak belukar yang penuh duri. Sungguh kejam!

4 minggu kemudian…..

Hari ini penampilanku beda. Aku pake rok. Untuk pertama kalinya seorang Tiara pakai rok. Jujur dalam hati kecilku aku nggak percaya diri. Tapi karena teman-temanku yang selalu menyemangatiku, aku memberanikan diri untuk memakai rok. Dan memang benar. Pakai rok itu sulit banget. Aku harus menata cara berjalan yang baik itu kaya gimana. Aku lakukan semua itu untuk Mas Affan.

“Waahh… Tumben pake rok” kata Intan teman kuliahku.

“Hehehe… Iya pengen jadi cewek feminim” jawabku dengan kurang percaya diri.

“Anggun” celetuk Ricky yang tiba-tiba nimbrung pembicaraan kita.

“Hahaha…. Yang bener nih??? Masak sih?” tanyaku nggak yakin.

“Waah… Kambuh nih anak. Kirain udah anggun luar dalam, ternyata dalamnya masih somplak” jawab Intan

“Jangan gitu dong” pintaku ke intan sambil merenggek seperti seorang balita yang minta mainan ke ibunya.

“Iya sayang… Kamu cantik kog” jawab Intan. Tahu aja dia apa mauku.

“Owh iya Tiara, kamu daftar panitia buat acara baksos ke Banaran nggak, ikut yuk, aku pengen ikut”

“oke oke” jawabku penuh semangat.

Dan diluar dugaanku. Ternyata panitia baksos itu adalah Mas Affan. Semakin banyak nih sainganku untuk mendapatkan hatinya Mas Affan. Tadi pas panitia cewek ngumpul mereka pada bicarain Mas Affan. Katanya Mas Affan itu cakep dsblah dan banyak yang ingin jadi ceweknya. Cowok setampam, setajir, sebaik dan sepintar Mas Affan siapa sih yang nolak.

Dalam acara baksos itu. Aku dan Mas Affan ada dalam satu kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 orang cowoknya ada dua dan ceweknya 2. Kami membawa barang pribadi kami sendiri-sendiri. Dan untuk barang kelompok ada 3. Peta jalan dibawa Mas Affan dan satu kresek besar dibawa Anton. Dan satu kresek lagi masih tergeletak di tanah. Sebenarnya cowok masih ada satu lagi, tapi barang bawaan pribadinya udah banyak banget.  Akhirnya barang yang satu tadi aku jinjing. Sebenarnya nggak berat banget. Cuma ukurannya yang besar.

“Sini aku bawa ajah. Kamu bawa petanya,” pinta Mas Affan.

“Iyah Mas,” sahutku.

Benar-benar baik nih cowok. Nggak salah aku mengaguminya.

Ketika malam tiba. Kami berkumpul. Ngobrol-ngobrol.  Malam ini terasa dingin banget. Namun senyum Mas Affan selalu menghangatkan hatiku. Mata kami selalu bertabrakan. Entah kenapa aku merasa dia sedang mengawasi tingkahku. Aku jadi salah tingkah. Tapi seneng banget.

“Mas.. dingin  nih…” renggek Sinta.

Aku kemudian melihat Mas Affan nglepasin jaketnya. Dan di ulurkan ke Sinta.

“Ini pake jaketku”

“Terimakasih…. Mas Affan baik…” rayu Sinta.

Kemudian Mas Affan masuk ke dalam rumah. Katanya dia haus mau minum.

Aku juga mau kali dapet jaketnya Mas Affan. Aku melihat semua itu, hatiku semakin panas. Rasanya aku pengen nangis. Alangkah senangnya aku bisa pakai jaket yang telah dipakai Mas Affan. Mas Affan itu baik tapi kenapa nggak aku yang dapet jaketnya Mas Affan.

“Tiara??”

“Iyah ada apa Mas?” suara Mas Affan membangunkan aku dari lamunanku. Aku nggak menyadari kehadirannya.

“Tiara , di sini dingin ntar kamu sakit. nih pake jaketnya Anton. Aku udah ijin ma dia kog. Lagian dia juga bawa jaket dua,” kata Mas Affan sambil menyodorkan jaketnya anton.

“Hehehe… terimakasih Mas” jawabku

“Iyah,” jawabnya halus dan diakhiri dengan sebuah senyuman yang hangat.

Ya ampun…. Mas Affan baik banget. Gimana aku bisa nglewatin cowok sebaik dia. Aku memang nggak salah dambain dia. Mas Affan, aku bener-bener pengen jadi cewekmu.

Malam itupun berlalu. Siangnya acara makan siang setelah acara baksos selasai kami berkumpul untuk makan siang. Semua panitia udah berkumpul. Aku dan Mas Affan yang beli makan siang. Sebenarnya dia mau ngajak anak cowok tapi mereka pada sibuk. Aku Cuma duduk-dudUk santai jadinya aku yang diajak. Aku diboncengin Mas Affan. Nggak pernah terlintas dalam benakku. Aku seneng banget. Makanannya dijadiin dua kantong plastis. Yang satu kecil yang satu lebih besar. Tapi keduanya sama berat. Ketika kami sudah sampai ditempat baksos. Mas Affan membawa bungkusan yang besar. Satunya lagi masih tergeletak disamping motor. Aku baru mau mengangkatnya tiba-tiba.

“Nggak usah. Itu berat. Biyar yang cowok yang bawa,” kata Mas Affan.

“iya Mas…”

“Anton, bawa makanan itu masuk,” seru Mas Affan.

“Oke boss!!” jawab anton sambil lari menuju arahku.

Dan aku hanya berjalan dengan tangan kosong. Nggak jadi. Aku membawa kunci motornya Mas Affan. Kunci motor yang bagus. Semoga aku bisa membawa kunci hati si pemilik kunci ini. Hehehehe….

Waktu pembagian makan, ternyata makanannya kurang satu bungkus. Dan yang nggak dapat jatah itu aku. Kenapa bisa aku? Karena aku jalannya pelan dan nasi segera dibagi, aku mampir ke toilet dulu. Apes… nggak dapat makan siang! Padahal aku laper banget. Dan ketika ditengah-tengah acara makan aku baru datang.

“Tiara kamu nggak makan?” tanya Intan

“Makanannya mana?” tanyaku

“Kamu belum dapet? Tanya intan lagi.

“Belum…” jawabku singkat.

“Mas Affan, nasinya nasinya satu lagi?” pinta Intan ke Mas Affan.

“ Udah abis. Ada yang belum dapet nasi?” tanya Mas Affan setelah makan sesuap nasi, makan Mas Affan lahap banget. Iya jelas hari ini sangat menguras tenaganya.

“Iya.. Tiara belum dapet? Jawab Intan.

Kemudian Mas Affan melihat kearahku.

Mas Affan langsung ambil air minum di depannya dan meraih kunci motornya.

“Bentar yah?” katanya halus diakhiri dengan sebuah senyuman yang manis. Dia memintaku untuk menunggu.

Beberapa menit kemudian Mas Affan datang membawa sebungkus nasi. Mungkin ini yang dinamakan blessing in disguise. Gara-gara aku nggak dapat nasi, aku bisa makan siang bareng Mas Affan. kan cuma kami berdua yang belum makan. Hehehe asyik… riomantis bwnget. Kog bisa romantic??? Bingung yag? Aku juga bingung….

Pulang dari acara itu jam 5 dari tempat baksos. Aku nebeng intan. Mas Affan sama temennya cowok. Kami pulang menuju kampus untuk meletakkan alat-alat yang kami pakai. Sekaligus untuk mereview kegiatan tadi. Perjalanan sekitar 1,5 jam. Motor Mas Affan selalu ada dibelakangku kadang-kadang juga ada disampingku. Aku seneng banget kalau lampu hijau. Pasti motor Mas Affan selalu disampingku dan dia selalu senyum ketika kami beradu mata.

Setelah sampai kampus dan acara selesai. Kami pulang, karena jalan menuju kostku itu gelap dan begitu sepi. Mas Affan mengikuti kami dari belakang. Kostku dan kostnya Intan dekat cuma bersebelahan. Ketika sampai di gang masuk.

“Mas Affan, udah sampai disini ajah yang nganter,” kataku.

“Iya, kalian masuk dulu,” pintanya lembut.

“Kita nunggu Mas Affan pergi dulu, “ jawabku.

“Nggak. Kalian masuk, ntar aku baru pergi. Aku pengen mastiin kalian baik-baik saja sampai masuk kost,” jawab Mas Affan lembut dan tak lupa. Senyumannya.

“Iya udah, kami masuk dulu, terimakasih ya Mas… ati-ati di jalan…!” seru Intan.

“Iyah…” jawab Mas Affan.

Sungguh luar biasa. Ini seperti hanya sebuah mimpi dalam hidupku. Kenapa Mas Affan begitu baik ke aku. Aku seneng banget. malam ini aku nggak bisa tidur. Aku masih terbayang-bayang kejadian hari ini. Mungkinkah ini karena efek plus 4 minus 3 yah?? Mungkin juga begitu. Aku ingin setiap hari Mas Affan selalu begitu kepadaku. Aku bener-bener seneng.

Beberapa menit kemudian…..

“Drugggg…. Druggg… Druggg…. “suara getaran Hpku. Ternyata ada sms dari Mas Affan.

Mas Affan : Tiara, bisa keluar bentar..

Aku: Iya, kenapa Mas…

Mas Affan: Ada yang pengen aku sampaiin.

Aku: Yah bentar Mas….

Aku langsung keluar kost. Aku melihat Mas Affan berdiri di samping pintu. Dia tersenyum kearahku. Senyumannya sangat indah.

“Ada apa Mas?” Tanyaku.

“Aku…. (mikir sejenak) Cuma mau ngucapin selamat malam aja,” jawabnya sambil terbata-bata.

“Heh..??? Iya Mas…” jawabku agak ragu. Aneh banget malam-malam balik kekostku Cuma mau ngucapin selamat malam.

“Ya udah, ini udah malam aku pulang dulu yah? Jaga diri baik-baik. Selalu ceria yah? Aku nggak mau liat kamu bersedih. Kamu itu manis kalau sedang tersenyum, cepet masuk lagi. bye…” kata Mas Affan dan tidak lupa senyumannya manis banget sambil mendorongku untuk masuk ke kost lagi.

Kemudian aku masuk kost. Nutup pintu. Aku masih tertegun. Dia bilang aku manis. Dia suka dengan senyumanku. Ini benar-benar mimpi. Aku cubit pipi ku. Seperti adegan di film-film itu kalau sedang merasa diluar nalar sering kaya gitukan? Wuiih ternyata masih sakit. Berarti aku tidak bermimpi ini kenyataan.

Pagi hari di kampus. aku menerima titipan sebuah bungkusan kotak kecil. Aku buka bungkusan kecil itu. Dan ternyata isinya adalah sebuah kalung yang liontinnya berbentuk hati. Dan disitu aku menemukan secarik kertas.

“Aku tahu semua perjuangannyamu untuk mendapatkan hatiku. Intan telah mengatakannya kepadaku semuanya. Kamu tahu aku juga sudah lama merasakan hal sama, seperti apa yang kamu rasakan. Kalung ini berliontinkan hati dan aku punya yang berliontinkan kunci. Hati ini mewakili hatimu, dan aku membawa kuncinya. Aku berharap hanya aku seorang yang bisa masuk dalam hatimu. Serta sebagai pertanda bahwa hatiku telah aku serahkan ke kamu. Tiara… kamu baca surat ini aku sudah berada dalam pesawat. Aku selama 2 tahun kedepan berada di Australia. Pengajuan study exchangeku diterima. Aku berharap, ketika aku pulang nanti, aku masih melihat kalung itu kau pakai. Maaf jika aku tidak perpamitan ke kamu secara langsung. Aku tak sanggup untuk mengatakan perpisahan ini. Aku akan selalu merindukanmu”

Affan

Ya Tuhan… ini kenyataankah? Aku benar-benar masih belum percaya dengan semua ini. Ternyata Mas Affan juga punya rasa sama aku. Ini benar-benar diluar dugaanku. Aku sangat senang. Mas Affan juga cinta sama aku.

Tapi 2 tahun???? hmm…. lama banget. masak harus nunggu 2 tahun? Kenapa aku nggak nyusul Mas Affan kuliah di Australia aja. Uang dari mana Buk?? Hmm iya yah… biaya?? Ngajuin study exchange aja. Plus 4 minus 3 ajah bisa. Kenapa belajar bahas Inggris nggak bisa. Ini juga unutuk Mas Affan. buat Mas Affan aku harus bisa…. Mas tunggu 1tahun saja…. Aku datang!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline