Lihat ke Halaman Asli

Jangan Bungkam Surau Kami

Diperbarui: 23 Juni 2015   21:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sauurr…sauurr…sauurr…sauurrr…..

Begitulah suara yang selalu muncul di lingkungan kami setiap pagi menjelang waktu sahur. Anak-anak kecil dan remaja berkeliling dengan membawa bedug dan menabuhnya untuk membangunkan sahur. Apakah ini mengganggu? Tentu tidak, bagi kami ini merupakan suasana yang kami rindukan, suasana yang tidak ada di malam-malam lain selain malam di bulan ramadhan. Kami senang mendengar suara tabuhan bedug ini keliling lingkungan kami, karena setidaknya ini mencegah kami dari kesiangan untuk bangun sahur.

Di sore hari anak-anak kembali berkumpul di masjid untuk mengumandangkan shalawat dan juga diperdengakan murrotal di siang hari. Apakah ini mengganggu warga? Tentu tidak, ini adalah suasana yang kami rindukan di 11 bulan yang lain. Ini adalah suasana di mana memori-memori masa kecil kami kembali terpanggil.

Bahagia kah?  Ya, kami bahagia mendapati di lingkungan kami semarak dan semangat menyambut ramadhan begitu besar. Anak-anak di lingkungan kami dibiarkan bermain di halaman masjid, bershalawat dengan menggunakan pengeras suara masjid. Para orangtua pun mengizinkan anak-anaknya untuk menghabiskan waktu di masjid selama liburan sekolah ini. Hal ini semata dilakukan para orangtua untuk menumbuhkan kecintaan anak-anak mereka terhadap masjid, Rumah ALLAH. Diharapkan hal ini akan terjadi sampai mereka besar. hal ini dilakukan semata-mata untuk meraih cinta Allah, karena ALLAH sangat menyukai pemuda yang hatinya terpaut pada masjid.   

Namun semangat menyambut ramadhan ini rasanya sedikit ternodai dengan upaya beberapa pihak yang tidak meginginkan semangat ramadhan ini menyebar kemana-mana. Ada pihak yang meminta umat Islam menghormati mereka yang tidak berpusa dengan melngizinkan warung makan tetao buka di siang hari. Dan belakangan ada pihak yang melarang masjid untuk memutar kaset mengaji melalui pengeras suara. Hal ini disampaikan oleh Jusuf Kalla yang juga merupakan ketua umum Dewan Masjid Indonesia. Alasannya menyampaikan ini adalah agar lantunan ayat alquran ini disampaikan secara syahdu dari orang ke orang bukan melalui kaset dengan pengeras suara.

Ustadz yusuf mansyur merespon dalam akun twitternya @Yusuf_Mansyur dengan menuliskan

“Maafkan masjid2... Maafkan surau2… Maafkan langgar2,… Jika suara2 kaset, atau suara2 asli, terasa mengganggu…”

Hal ini ia tuliskan dalam akun twitternya sebagai ungkapannya atas adanya penyataan untuk melarang masjid memperdengarkan suara mengaji melalui kaset. Dimana ia mengaku hal yang membuatnya termotivasi untuk bisa melantunkan Alquran dengan baik salah satunya adalah karena beliau mendengar suara Muammar ZA yang sedang mengaji melalui kaset di masjid.

Dengan adanya larangan ini sebagai seorang muslim apakah saya sedih, Ya saya sedih. Namun jika mendengar alasan Jusuf Kalla dalam mengemukakan usul itu adalah agar suara itu tidak mengganggu orang lain. Hal ini turut didukung oleh organisasi Islam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Juru Bicara HTI menyatakan “Umat Islam pada bulan Ramadhan nanti butuh istirahat cukup karena mesti bangun sahur di pagi hari. Tidur lelap dengan mendengar suara bising seperti itu tentunya bisa sangat mengganggu”

Larangan JK ini seharusnya tidak ditanggapi sebagai pelarangan syiar islam. Namun dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Sebagai seorang muslim yang terbiasa dengan suasana ramadhan yang semarak, rasanya akan sangat kurang jika tidak ada suara-suara mengaji dari masjid kami.

Jadi jangan lagi larang kami menyemarakkan ramadhan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline