Tren thrifting di masyarakat kini semakin populer, terutama di kalangan generasi Z. Harga yang lebih terjangkau, kualitas yang masih sangat layak, dan jika beruntung akan mendapatkan brand ternama menjadi faktor semakin naiknya peminat terhadap thrifting. Pembelian pakaian secara secondhand merupakan salah satu bentuk kepedulian masyarakat terhadap isu lingkungan mengenai penumpukan limbah. Menurut Global Fashion Agenda 2023, limbah pakaian sebanyak 92 juta ton menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) setiap tahunnya. Limbah pakaian akan sulit terurai jika sudah bercampur dengan limbah lainnya di ruang terbuka, sehingga dapat menganggu ekosistem di sekitar.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengimpor baju secondhand yang berasal dari Australia dan Jepang sebanyak 26,22 ton pada tahun 2022. Data tersebut menunjukkan minat masyarakat Indonesia terhadap baju secondhand sangat tinggi. Namun, nyatanya terdapat undang-undang perdangan dan perlindungan konsumen yang dibuat oleh pemerintah mengenai larangan memperjual belikan barang bekas. Peminat thrifting yang sangat tinggi membuat para penjual juga mengambil kesempatan untuk meraih untung, dengan mengimpor baju-baju bekas secara ilegal. Barang-barang yang diimpor secara ilegal perlu diragukan kualitasnya karena tidak melalui pengecekan secara berkala oleh petugas.
Thrifting juga dapat mengancam risiko kesehatan karena memungkinkan masih adanya bakteri, jamur, dan virus yang masih menempel pada pakaian tersebut. Bakteri staphylococcus aureus dan bakteri escherichia coli merupakan bakteri yang biasanya menempel pada tubuh manusia dan mampu menyebar ke pakaian lain. Bakteri yang menempel pada kain dapat mengakibatkan infeksi pada kulit, bahkan berpotensi menjadi penyakit berbahaya. Jamur kapang merupakan jamur yang muncul di pakaian dan dapat dilihat dengan mata telanjang. Setelah terinfeksi jamur kapang akan muncul gatal-gatal, iritasi, hingga infeksi. Jamur tersebut sulit hilang meskipun sudah dicuci dengan air panas sekalipun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H