Lihat ke Halaman Asli

Nilam Dwiyanti

Mahasiswa 23107030044 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Nyumbang Sebelum Hajatan: Apakah Tradisi ini Masih Dilakukan?

Diperbarui: 4 Juni 2024   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suasana Nyumbang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Di tengah gempuran modernisasi, tradisi "Nyumbang" di Bantul masih lestari, terutama dalam menyambut pernikahan. Tradisi ini merupakan wujud gotong royong dan kepedulian antar warga dan kerabat dalam membantu meringankan beban biaya hajatan. 

Lebih dari sekadar memberi bantuan materi, tradisi Nyumbang mengandung nilai-nilai penting seperti gotong royong, kepedulian, silaturahmi, dan pelestarian budaya lokal. Bagi masyarakat Bantul, Nyumbang bukan hanya kewajiban, tapi juga bentuk kasih sayang dan rasa kebersamaan.

Biasanya, beberapa hari sebelum pernikahan, keluarga mempelai akan mengundang tetangga dan kerabat untuk menghadiri acara Nyumbang. Ada juga yang melakukan “punjungan” sebelum acara Nyumbang yaitu memberikan nasi dan beberapa lauk yang dibagikan ke tetangga dan kerabat dekat. 

Punjungan biasanya dilakukan untuk pemberitahuan adanaya acara hajatan. Setelah punjungan biasanya tetangga dan kerabat akan datang dalam rangka nyumbang yang  diadakan di rumah mempelai dengan menyediakan hidangan sederhana.

Punjungan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Para tamu kemudian memberikan sumbangan berupa uang. Besaran sumbangan bervariasi, tidak ada paksaan, dan ikhlas dari hati. Uang yang terkumpul digunakan untuk membantu biaya pernikahan, seperti penyediaan catering, dekorasi, dan keperluan lainnya. Besaran sumbangan dalam tradisi Nyumbang di Bantul biasanya disesuaikan dengan kedekatan dan kemampuan pemberi. 

Bagi yang sangat dekat dan akrab, nominal sumbangannya bisa mencapai Rp100.000, sedangkan untuk yang tidak terlalu akrab, sumbangannya bisa Rp50.000 atau Rp75.000. Terkadang, sumbangan diberikan tanpa mencantumkan nama, menunjukkan rasa ikhlas dan tanpa pamrih dari pemberi.

Bagi Suprihatin, salah satu warga yang aktif dalam tradisi Nyumbang, tradisi ini memiliki makna yang mendalam. "Nyumbang bukan hanya tentang memberi, tapi juga tentang rasa kebersamaan dan saling membantu. Ini adalah cara kami untuk meringankan beban tetangga dan sekaligus mempererat tali persaudaraan," ujarnya.

“Nyumbang juga bisa sebagai ajang pergantian saling membantu, kalau mereka punya hajat saya nyumbang begitupun sebaliknya,” imbuhnya.

Suprihatin Salah Satu Warga yang Aktif Nyumbang (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline