Lihat ke Halaman Asli

Nilam Trika

Mahasiswa

Film Miracle In Cell No 7

Diperbarui: 13 Desember 2022   19:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Miracle in Cell No.7 merupakan film adaptasi dari film korea dengan judul yang sama. Miracle in Cell No.7 tayang dibioskop pada 8 September 2022 lalu yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo dengan durasi 145 menit. Film ini menceritakan tentang seorang ayah bernama Dodo Rozak yang memiliki riwayat keterbelakangan mental yang sangat menyayangi anaknya. 

Namun terjadi musibah yang membuat mereka harus terpisah. Dodo dituduh telah membunuh dan memperkosa seorang anak kecil bernama Melati, hingga ia harus masuk kedalam penjara. 

Dipenjara ia dekat dengan para narapidana yang satu sel dengannya. Ketika mendengar cerita dan mengetahui kasus yang dialami Dodo para narapidana tidak yakin kalau Dodo melakukan hal itu. Sampai Kepala Sipir pun merasa ragu, bagaimana bisa orang baik seperti Dodo dituduh telah membunuh dan memperkosa anak kecil. 

Akhirnya para narapidana dan Kepala Sipir bekerja sama membantu Dodo agar bisa bebas dari tuduhan tersebut. Bahkan ketika Dodo ingin bertemu anaknya mereka bekerjasama untuk menyelundupkan Kartika (anak Dodo) masuk kedalam penjara agar Dodo bisa menghabiskan waktu bersama anaknya. 

Namun diakhir film kita diperlihatkan Dodo diancam oleh ayah Melati, jika ia tidak mengaku bahwa ia yang membunuh anaknya, Dodo akan kehilangan Kartika. Karna takut akhirya Dodo mengaku kepada hakim bahwa ia yang membunuh Melati. Dodo mengakui kesalahan yang tidak pernah ia lakukan dan divonis hukuman mati. Sejak hari itu Kartika bertekat menjadi seorang pengacara agar ia bisa membersihkan nama baik ayahnya. 

Usaha Kartika tentu tidak sia-sia, setelah semua yang sudah dilaluinya ia berhasil membersihkan nama baik ayahnya dan membuktikan bahwa ayahnya tidak bersalah. Tapi waktu sudah berlalu, hukuman sudah dilakukan. Biarapun ia tidak dapat melihat ayahnya lagi tapi ia bisa membuktikan bahwa ayahnya adalah orang yang baik bukan seorang pembunuh.

Film ini sukses membuat orang-orang yang menontonnya menangis dan terharu. Meskipun cerita dan alurnya sama dengan versi asli, namun film ini dibalut dengan budaya lokal dan komedia khas Indonesia. Komedi dalam film pun diletakkan pada momen yang tepat, sehingga tidak mengganggu nuansa emosional dalam film yang merupakan fokus utama pada cerita tersebut. 

Banyak detail-detail kecil yang ditambahkan dalam film ini, sehingga memberikan alur yang rapi. Dengan alur dan latar yang rapi seperti realita, Karakter setiap pemain pun diperankan dengan baik, sehingga membuat pesan yang ada dalam film tersebut mudah untuk dipahami dan tersampaikan dengan baik ke penontonnya.

Tapi ada beberapa adegan yang memiliki tone warna kekuningan yang membuat mata sedikit terganggu. Beberapa adegan juga ada yang terasa terlalu dramatis. Namun, kekurangan tersebut tertutupi dengan berbagai hal positif dari film tersebut. 

Bahkan menurut sutradara Lee Hwang Kyung Miracle in Cell No.7 Korea, adaptasi film dari Indonesia adalah yang terbaik. Secara garis besar, Miracle in Cell No.7 berhasil menjadi film adaptasi yang sukses mengaduk-aduk emosi penontonnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline