Ibnu Sina memiliki perhatian yang besar terhadap aspek pendidikan anak dan tumbuh kembang mereka. Dalam karyanya al-Qanun, seperti yang dikutip oleh Abd al-Rahman al-Naqib, Ibnu Sina menjelaskan bahwa ketika anak lahir, pusar anak tersebut harus dipotong sekaligus dan diikat dengan bersih menggunakan kain wol halus, sehingga tidak menyebabkan bayi merasakan sakit. Apabila bidan ingin membedong dia, maka bidan harus memijat tubuh bayi tersebut dengan lembut. Bidan harus memeriksa kondisi tubuh bayi. Kegiatan memijat bayi dengan lembut hendaknya dijadikan sebagai kegiatan rutin. Bidan harus sering mengusap mata bagian luar bayi dengan kain sutra yang halus atau yang serupa dengannya.
Ibnu Sina sangat menitikberatkan perhatiannya pada pentingnya perawatan bayi pada tahap awal pasca kelahirannya, baik mengenai tidur, mandi, menyusui dan beberapa latihan yang cocok untuk bayi. Mengenai tidur bayi, Ibnu Sina mengatakan bahwa bayi harus di tidurkan disebuah ruangan dengan suhu ringan, tidak terlalu dingin atau panas. Pencahayaan dalam ruangan tersebut harus cukup bagus (tidak terlalu terang dan tidak gelap), tanpa adanya cahaya langsung (dari lampu). Ketika ditidurkan, posisi kepala bayi diusahakan harus lebih tinggi dari tubuhnya.
Menurut Ibnu Sina, bayi harus dimandikan lebih dari sekali dalam sehari semalam. Untuk menyusuinya sebaiknya dilakukan langsung oleh ibunya. Penyusuan ini harus dilakukan selama 2 tahun. Ketika anak ditidurkan dalam ayunan, maka ketika ibu mengayunkan bayi tersebut, hendaknya gerakan ayunannya tidak terlalu kencang, supaya tidak mengganggu susu dalam perutnya. Ketika bayi sudah mulai tumbuh giginya, maka kepadanya mulai dapat diberikan asupan makanan tambahan selain ASI (Air Susu Ibu), misalnya roti. Roti yang diberikan kepada bayi sebaiknya direndam dalam air dan madu, jus atau susu.
Ketika anak sudah berumur 6 tahun, dalam pandangan Ibnu Sina ia harus diserahkan kepada guru (untuk diajarkan). Dalam hal ini,Ibnu Sina menjelaskan bahwa pengajaran yang diberikan kepada anak tersebut tidaklah harus dengan mengajarinya materi ajar yang spesifik, tetapi hendaknya pengajaran pada tahap ini lebih diarahkan kepada menciptakan suasana masa kecil yang bahagia bagi anak secara totalitas, meliputi fisik, mental dan moralnya. Mengenai kebutuhan untuk bermain dan latihan yang dilakukan anak pada tahap ini, Ibnu Sina menjelaskan bahwa ketika anak bangun dari tidurnya, yang terbaik baginya adalah dia dimandikan, kemudian biarkan ia bermain selama satu jam, kemudian diberikan sedikit makanan untuknya, kemudian biarkan dia bermain lagi dalam waktu yang lebih lama. Kemudian ia dimandikan lagi dan diberi makan. Permainan yang dilakukan oleh anak dalam pandangan Ibnu Sina memiliki fungsi yang cukup penting dalam kehidupan anak, karena hal itu dapat menumbuh kembangkan keterampilan fisik dan motorik anak. Melalui permainan pula anak dapat belajar hidup dalam kelompok dan belajar mengambil manfaat dari kehidupan itu sendiri.
Ibnu Sina adalah seorang penggemar musik, oleh karena itu dalam hal ini beliau menekankan pentingnya diperdegarkan musik kepada anak, terutama ketika ia sedang dalam ditidurkan dalam ayunan. Kegiatan yang demikian dapat mengantar ia nantinya untuk dengan mudah dapat belajar membuat puisi sederhana, memberikan kesenangan batin kepada anak, serta mendorong dia untuk senantiasa menghargai kebaikan. Pendidikan tahap pertama yang diperoleh anak ketika ia sudah berumur 6 tahun berlangsung sampai ia berusia 14 tahun. Ketika anak sudah berumur 14 tahun, maka ia perlu diajarkan tentang prinsip-prinsip budaya islami yang bersumber dari Al-Qur'an, puisi arab dan kaligrafi. Pada usia ini anak sudah dapat diarahkan untuk pengembangan bakatnya, sehingga pada tahap ini anak tidak perlu dipaksakan dengan materi ajar atau pelatihan yang ia sendiri tidak menyukainya. Pada tahapan ini biarkan anak tersebut menentukan pilihan sendiri pilihan profesinya untuk dia kembangkan lagi secara serius.
Materi pendidikan anak pada usia 6 sampai 14 tahun meliputi pengajaran Al-Qur'an dan menghafalnya, belajar membaca dan menulis, materi ajaran agama Islam, puisi arab serta olahraga. Dalam pandangan Ibnu Sina, ketika sendi tubuh anak kuat, lidahnya sudah fasih, pendengarannya sudah bagus, berarti ia sudah siap untuk menerima pengajaran. Mula-mula ia harus diajarkan Al-Qur'an dan ditunjukan huruf secara baik dan benar. Menganai metode pengajaran, Ibnu Sina secara umum membaginya kepada 2 bentuk metode pengajaran, yaitu pengajaran yang bersifat intruksi teoritis dan intruksi praktis. Intruksi teoritis dilakukan ketika mengajarkan teori-teori ilmu kepada siswa, sedangkan intruksi praktis dilakukan ketika membimbing mereka untuk melakukan suatu latihan atau membuat suatu kerajinan tangan (prakarya).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H