Kamu tahu Avicenna atau Ibnu Sina? Saya yakin kamu pasti sudah tidak asing dengan nama yang satu ini. Selain di bidang kedokteran, Ibnu Sina juga terkenal di berbagai bidang lainnya, salah satunya pada bidang filsafat. Sampai saat ini pemikiran-pemikiran dan karya Ibnu Sina masih populer di berbagai belahan dunia. Lalu bagaimana sejarah hidup seorang Ibnu Sina? Silahkan simak penjelasan selengkapnya.
Ibnu Sina adalah seorang Filsuf, Teolog Islam sekaligus seorang Tabib atau Dokter yang lahir di Afsyana, suatu daerah dekat Bukhara (sekarang wilayah itu masuk dalam wilayah Uzbekistan) pada tahun 980 M (370 H). Memiliki nama asli Abu Ali Al-Husain Bin Abdullah Bin Sina, di dunia barat beliau lebih dikenal dengan sebutan "Avicenna" beserta julukannya yaitu The Greatest Muslim Thinker and the Last of the Muslim Philoshopher in the East. Pada usia 10 tahun, Ibnu Sina telah menghafal seluruh ayat Al-Quran. Ketika beranjak remaja, Ibnu Sina mempelajari tentang aritmatika India dan Fiqih. Beliau juga membaca Metafisika karya Aristoteles. Ibnu Sina wafat pada tahun 1032 M pada usia 58 tahun di Hamazan, Persia.
Ibnu Sina hidup pada masa-masa keemasan peradaban Islam, di masa ini ilmuwan-ilmuwan muslim yang dimulai oleh Al-Kindi telah banyak menerjemahkan teks ilmu pengetahuan dari Yunani, Persia dan India ke dalam bahasa Arab. Bahkan teks Yunani dari zaman Plato sampai zaman Aristoteles waktu itu sudah sangat banyak diterjemahkan oleh para ilmuwan-ilmuwan muslim. Pemikiran-pemikiran Ibnu Sina memberikan pengaruh pada banyak filsuf seperti Al-Biruni, Ibnu Rusd, Albertus Magnus, William Ocham dan masih banyak filsuf lainnya.
Pemikiran Ibnu Sina tentang keberadaan atau al-Wujud menempati posisi yang amat penting dalam metafisika miliknya sendiri, karena dalam masalah wujud ini Ibnu Sina menambahkan kejeniusannya dalam menilai dan memakai logika. Istilah wujud dapat diartikan sebagai yang ada, jadi teori wujud berarti pemikiran tentang keberadaan. Teori wujud ini pada dasarnya mencakup dua aspek yang penting yaitu "Wajib Ada" dan "Mungkin Ada". Wajib adalah sesuatu yang tidak mungkin tidak ada, kita tidak bisa berpikir tentang ketidakberadaannya. Sementara yang Mungkin Ada dia bersifat bisa saja ada atau bisa juga tidak. Ibnu Sina melihat jika segala sesuatu yang ada di dalam dunia ini baik secara bersamaan, kolektif maupun individual bahkan dunia ini sendiri memiliki kemungkinan untuk tidak ada. Ketika hal ini dipikirkan secara runut maka akan sampai pada kesimpulan kalau kemungkinan keberadaan dunia ini meniscayakan keberadaan yang Wajib Wujud yaitu Tuhan. Ibnu Sina ingin menyatakan kepada kita kalau manusia juga memiliki pemahaman intuitif tentang realitas yang Wajib Ada.
Kemudian pemikiran Ibnu Sina tentang Jiwa, menurutnya ada tiga tingkatan jiwa. Yang pertama adalah Jiwa Nabati, diikuti oleh jiwa hewani dan diakhiri oleh jiwa manusia. Jiwa Nabati didefinisikan sebagai dasar pertumbuhan dan reproduksi dengan jiwa hewani sebagai dasar gerak atau kehendak dan penangkapan terhadap rangsangan-rangsangan pendek yang terpisah, dan jiwa manusiawi sebagai dasar pertimbangan dan pemahaman terhadap hal-hal yang universal. Ibnu Sina berpendapat bahwa Jiwa adalah wujud rohani yang berada dalam tubuh. Wujud materi yang tidak langsung mengendalikan tubuh disebut Akal sedangkan yang langsung mengendalikan tubuh disebut sebagai Jiwa. Tubuh dapat berubah-ubah secara fisik tetapi Jiwa ada sebelum Tubuh itu ada dan sebelum Tubuh itu berubah.
Berbicara tentang karya, Ibnu Sina menulis sebuah ensiklopedia kedokteran yang terdiri dari lima buku dengan judul dalam bahasa arabnya yaitu Al-qanun fi al-Tibb, buku ini dikarang ditengah-tengah kesibukannya sebagai dokter dan selesai ditulis pada tahun 1025 M. Karya Ibnu Sina selanjutnya adalah Al-Isharat wa'l-tanbihat atau kitab petunjuk dan catatan adalah buku yang luas cakupannya, padat dan matang yang dikarang oleh Ibnu Sina. Buku ini seluruhnya terbagi menjadi dua bagian, bagian pertama adalah tentang logika dan bagian kedua adalah tentang filsafat. Ibnu Sina sendiri menyebut Sub Bagian Logika sebagai Nach dan Sub Bagian Filsafat sebagai Namat. Ibnu Sina membagi buku ini ke dalam empat bagian yaitu Logika, Fisika, Metafisika dan Tasawuf.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H