Lihat ke Halaman Asli

Peran Kiai dan Santri Mengakar dalam Perjalanan Panjang RI Menuju Kemerdekaan

Diperbarui: 17 Oktober 2022   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada awal lahirnya pesantren dimulai di zaman Walisongo, sekitar abad ke 15-16. Sampai hari ini, pesantren masih menunjukkan eksistensinya pada bagian integral dari kekuatan bangsa.

Selain untuk proses pendidikan, pesantren dalam sejarahnya juga berperan untuk menggalang kekuatan dalam rangka merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan para penjajah. Paling tidak sejarah Resolusi Jihad pada Oktober 1945 menjadi bukti kontribusi yang nyata pada kaum santri dalam merebut suatu kemerdekaan.

Kita juga diingatkan sejarah bagaimana waktu dahulu Laskar Hizbullah di bawah pimpinan KH Zainul Arifin, serta Laskar Sabilillah di bawah barisan KH Masjkur  yang hari ini telah bertransformasi sebagai Tentara Nasional Indonesia (TNI). Maka sewajar nya apabila banyak tokoh dari kalangan para santri yang mendapatkan gelar Pahlawan Nasional. Bukti sejarah tersebut kemudian menjadi sebuah dasar Pemerintah Indonesia pada tahun 2015 dan menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri.

Eksistensi pesantren sudah bertahan hampir berjalan sampaui 5 abad. Tidak heran jika produk pada sebuah pesantren selama ini banyak yang telah berkecimpung di dalam teras kepemimpinan suatu bangsa. Keunggulan ini didukung oleh karakter para santri yang memiliki kearifan, kecakapan, dan kompetensi ilmu, terutama dalam bidang keagamaan. 

Perkembangan Pesantren

Sebelum lebih jauh membicarakan tentang perkembangan pesantren, terlebih dahulu perlu diketahui soal Arkanul Ma'had, yaitu rukun pesantren. Istilah yang mulai familiar ini merujuk pada pemahaman rukun dan syarat yang harus dipenuhi supaya pada suatu lembaga bisa disebut pesantren, yang meliputi adanya yaitu kiai, santri yang mukim, masjid, kajian kitab, dan asrama.

Secara Statistik, Kementerian Agama mencatat sampai saat ini jumlah pesantren di seluruh Indonesia sudah mencapai sekitar 36.600. Sedangkan jumlah santri aktif sebanyak 3,4 juta dan jumlah pengajar kiyai atau ustadz sebanyak 370 ribu.

Sejak dahulu kala pesantren tidak hanya berfungsi untuk proses dalam pendidikan, melainkan juga untuk dakwah dan pemberdayaan dimasyarakat. Itulah mengapa Kementerian Agama memberikan suatu apresiasi tiga fungsi yang utama tersebut melalui berbagai kebijakan dengan mengusung tagline "Menjaga Tradisi Dan Mengawal Inovasi". 

Dengan pemahaman tersebut, tidak heran juga apabila saat ini muncul beberapa pesantren yang mempunyai ciri khas terbaru, seperti pesantren Al-Ittifaq di Bandung yang fokus dalam bidang agrobisnis.

Ciri Utama sebuah pesantren

Pesantren memiliki kehadiran kiai, nafas keagamaan, referensi kelimuan dengan garis (sanad) yang jelas, eksistensi masjid, dan fasilitas tempat mondok. Semuanya itu dibingkai dengan cara yang ikhlas, kesantunan, dan penciptaan ruang-ruang akhlak yang sangat luar biasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline