Lihat ke Halaman Asli

Mahasiswa KKN Kelompok 113 Universitas PGRI Semarang Membantu Produksi UMKM Produk Keripik Bakso di Desa Kedungboto - Limbangan

Diperbarui: 5 Maret 2024   16:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa KKN 113 UPGRIS membantu proses produksi UMKM Keripik Bakso Di Desa Kedungboto Limbangan/dok. pri

Usaha, Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) adalah usaha produktif yang dimiliki oleh perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro. UMKM memiliki peran yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi, pemberdayaan masyarakat, penciptaan lapangan pekerjaan, dan pengurangan ketimpangan ekonomi. Apalagi akhir-akhir ini UMKM sendiri marak bermunculan mulai dari skala kecil hingga yang lebih besar.

Mengingat pentingnya peran UMKM, mahasiswa KKN kelompok 113 berusaha ikut serta dalam mendukung kemajuan UMKM khususnya di Desa Kedungboto.

Pada hari Kamis, 22 Februari 2024 mahasiswa KKN kelompok 113 Universitas PGRI Semarang melakukan kunjungan dan observasi pada UMKM yang ada di Desa Kedungboto Kecamatan Limbangan. Kegiatan ini merupakan sebuah langkah untuk bisa mengetahui apa saja UMKM yang masih aktif di Desa Kedungboto. Salah satu UMKM yang mereka kunjungi yaitu UMKM produksi Keripik Bakso "SIFA". Selain itu, mereka juga turut membantu dalam proses produksi keripik bakso tersebut.

UMKM "SIFA" ini sudah berdiri selama 3 tahun lebih yang didalamnya mengembangkan dan menyediakan sebuah produk keripik dengan menggunakan bahan dasar bakso. "SIFA" sendiri merupakan singkatan dari Ibu Siti Fatimah selaku pemilik usaha.

Proses pembuatan keripik bakso ini cukup mudah yaitu dimulai dengan proses pengirisan bakso secara tipis-tipis. Setelah itu, proses penggorengan yang dilakukan 2 kali agar menjadi keripik yang renyah dan tidak berminyak. Lalu, proses pembumbuan aneka rasa pada produk keripik bakso. Dilanjutkan proses pengemasan dan siap untuk dijual.

UMKM ini memproduksi keripik bakso dengan beberapa varian rasa yaitu original, bbq, balado, jagung manis, dan rumput laut. Produk tersebut dijual dengan harga 8.000/250 gr. Pemasarannya saat ini masih menggunakan sistem pre-order dan dikirim ke toko-toko kecil.

Kurang tahunya mengenai pengetahuan teknologi ini menjadi sebuah tantangan tersendiri dalam mengembangkan strategi pemasaran yang lebih luas. Dengan adanya kunjungan ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung bagi pemilik usaha sehingga bisa lebih memperluas jangkauan pasar.

Ketua Kelompok 113 KKN UPGRIS, Difan Farithardiyanto menjelaskan bahwa produk yang diproduksi oleh Ibu Siti Fatimah memiliki kualitas yang baik dan menjadi kebanggaan desa Kedungboto dikarenakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di desa tersebut. Selain itu, diharapkan dengan adanya kunjungan ke UMKM ini dapat memberi pengalaman dan menambah wawasan baru baik bagi mahasiswa ataupun pelaku usaha.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline