Lihat ke Halaman Asli

Komunikasi Pembelajaran yang Mendidik

Diperbarui: 2 September 2015   07:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Komunikasi Pembelajaran Yang Mendidik

Komunikasi sering dipandang rendah oleh setiap orang. Namun, komunikasi bisa saja menghancurkan segala kekuatan-kekuatan sosial yang telah dibangun oleh seseorang maupun sebuah lembaga. Belajar dari pengalaman merupakan sebuah kekuatan yang tidak bisa dikaitkan dengan masa yang akan datang sebab pengalaman muncul karena peristiwa yang menguat dalam pikiran seseorang atas kritik maupun tekanan.

Komunikasi tidak terlepas dari interaksi antara seseorang dengan orang atau kelompok. Komunikasi bisa saja berdampak negatif maupun positif, misalkan saja dalam sebuah komunikasi ada pengirim (sender), penerima (receiver), dan pesan (message). Jika dilihat dari 3 komponen tersebut sangat penting dalam komunikasi, nah, dalam komunikasi yang diharapkan adalah jika pengirim pesan (sender) mengatakan A, maka yang diharapkan oleh penerima pesan (receiver) adalah A. Apabila terjadi perubahan pesan menjadi B, maka komunikasi itu mengalami gangguan (noise). Jadi, komunikasi mestinya berjalan lancar tetapi mengalami gangguan, gangguan itulah menjadi pusat perhatian semua bagian, dan jika teratasi maka komunikasi berujung positif dan mendidik.

Dalam dunia pendidikan khususnya anak-anak, terkadang anak percaya diri sangat tinggi dan ada yang tidak. Beberapa hal yang membuat anak semakin percaya diri karena anak sering diperhatikan oleh orangtua, terutama kasih sayang yang tinggi, dan jika anak PD rendah maka terbalik dari pola asuh orangtua tadi. Jika dilihat dari perkembangan otak anak (kognitif) menurut Piaget, usia anak/Paud 0-5 tahun anak akan respek dengan lingkungan yang ada. Misalkan perhatian orangtua lemah, tindakan orang tua yang keras, perilaku orang dan keluarga yang tidak moralis. Maka saat tersebut, otak anak telah distimulus oleh neuron-neuron otak anak dan sangat berpengaruh besar pada perkembangan anak.

Konon, anak usia 18 minggu dalam kandungan (bayi) sudah bisa mendengar segala hal dilakukan. Jika dilihat dari neuron-neuron yang dimiliki seorang anak sekitar 24 ribu triliun neuron. Nah begitu banyak neuron yang dimiliki seorang anak akan sangat perlu dijaga. Hal itu sangat penting karena jika lingkungan keluarga tidak mendukung/ cek-cokan terus maka ribuan neuron yang dimiliki anak akan rusak, maka sebanyak neuron otak yang rusak maka perkembangan ketika dewasa akan rusak juga, hal tersebut karena terekam semua olah otaknya.

Komunikasi pembelajaran yang mendidik sebenarnya bertujuan untuk menghasilkan nilai-nilai positif bagi seseorang. Nilai positif itu sangat sulit dilakukan oleh seseorang, maka kembali pada pengalaman hidupnya yang akan menjadi inspirasi untuk menjadi kuat, kreatif, dan berdaya juang tinggi. Inti dari peristiwa-peristiwa kehidupan adalah komunikasi, maka tata hidup pun akan sangat efektif dan mempunyai idealisme yang besar.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline