Dalam dua periode era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi), kita disuguhkan dengan gaya kepemimpinan yang sangat menarik. Dari semua proses yang sudah dihadapi hingga akan mengakhiri masa jabatannya, Jokowi mengkristalisasi sebuah pelajaran yang menarik sebagai pemimpin. Nyali!
Usai mengikuti Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) III Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan pada Selasa (6/6) di Jakarta, Jokowi di hadapan awak media menekankan kepada Ganjar Pranowo, sebagai bakal calon presiden (bacapres) dari PDI Perjuangan untuk memiliki nyali dan keberanian.
"Untuk pemimpin ke depan, seperti Pak Ganjar Pranowo, yang paling penting itu memang nyali itu nomor satu. Berani dan punya nyali," tegas Jokowi didampingi Megawati Soekarnoputri, Puan Maharani, Prananda Prabowo, dan Ganjar Pranowo sendiri.
Apa yang ditekankan oleh Jokowi ini tentu sangat berdasar. Dengan berbekal pengalaman sebagai pengusaha mebel, nyali Jokowi diasah. Jatuh bangun membangun bisnis, membawa Jokowi menjadi sangat bernyali. Lalu terjun ke dunia politik menjadi Walikota Solo periode 2005-2010.
Dalam memimpin Kota Solo, Jokowi dengan nyali, bisa membawa perubahan di Kota Solo, termasuk menolak pembangunan mal yang akan menggusur bangunan bersejarah. Meski harus bersitegang dengan Gubernur Jawa Tengah, Jokowi tetap memilih untuk membangun pasar tradisional.
Tidak heran, atas nyalinya untuk mendukung kehidupan rakyat kecil, Jokowi terpilih untuk periode kedua (2010-2015) dengan raupan suara 90%. Namun, di tahun 2012, Jokowi dengan nyali yang besar juga maju dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. Dan hasilnya, Jokowi berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (BTP) terpilih sebagai gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta 2012-2017.
Kepemimpinan Jokowi di DKI Jakarta juga dibuktikan dengan nyali yang besar. Penggusuran penghuni liar di Waduk Pluit, revitalisasi Waduk Ria Rio, relokasi Tanah Abang, dan masih banyak lagi kebijakan Jokowi yang cukup kontroversial, namun kemudian diakui membawa perubahan bagi Jakarta.
Tidak sempat menghabiskan periode kepemimpinan di DKI Jakarta, Jokowi dengan nyali kemudian menerima tugas dari Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri untuk maju dalam pemilihan presiden (pilpres) tahun 2014 berpasangan dengan Jusuf Kalla.
Masa pemerintahan Jokowi-JK, dengan berbekal pengalaman blusukan, meluncurkan banyak program yang menyasar kepada kebutuhan rakyat kecil. Misalnya, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, dan Kartu Keluarga Sejahtera.
Tidak berhenti hanya di dalam negeri, Jokowi dengan nyalinya, menyampaikan pidato pada peringatan ke-60 Konferensi Asia Afrika tahun 2015 terkait perlunya reformasi terhadap lembaga internasional, seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).