Ada ratusan orang yang tiap hari memenuhi ruangan itu. Tanpa sekat, baik pekerja setingkat operator hingga level pimpinan akan setia berkumpul di ruangan kantin milik pabrik sukucadang tersebut. Kebutuhan dasar manusia terpenuhkan di sana. Waktu bekerja sejenak dihentikan, saatnya mengisi perut, menambah tenaga.
Mereka yang bisa menikmati santapan di sana adalah orang-orang beruntung. Sepertiga frekuensi dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup terselesaikan di sana. Bebas mengambil makanan sesuai menu harian yang tersedia. Ada yang begitu antusias, sehingga meminta tambahan kepada petugas dapur. Ada juga yang makan secukupnya. Tidak terlihat beban, ketika bersenda gurau di sana.
Apa yang terjadi ketika pulang ke rumah? Ujang, salah seorang pekerja, mengatakan bahwa uang belanja sudah semakin tinggi. Oleh karenanya, ia harus menghemat ketika pulang ke rumah. Ia mengharapkan istrinya bisa mengatur menu makanan yang tetap seimbang di rumah.
Berbeda dengan di kawasan pabrik, di rumah mereka harus bisa mengatur belanja bulanan supaya tidak jebol. Apalagi menjelang bulan puasa, kenaikan harga tidak akan terelakkan. Lalu bagaimana?
Urusan kenaikan harga kebutuhan pokok tentu harus menjadi perhatian pemerintah. Apalagi menjelang bulan puasa, permintaan meningkat, sehingga terkadang suplai tidak bisa mengikuti, sehingga otomatis harga naik. Tentu secara sederhana, kita berharap pasokan suplai yang seimbang untuk bisa mengimbangi harga.
Apakah itu mudah? Ya di atas kertas, itu mudah. Namun fakta di lapangan berkata lain. Enggartiasto Lukita bercerita bahwa selama menjadi menteri perdagangan, ia kerapkali menghadapi dilema. Bila pasokan tidak cukup, keputusan impor bisa menjadi bumerang bagi pemerintahan. Bila dilakukan pengendalian harga oleh pemerintah dianggap bisa mengganggu iklim usaha.
Sebagai seorang pemimpin, beliau harus selalu melakukan yang terbaik dengan kewenangan besar yang dimiliki. Bahkan Mendag berkata dengan tegas bahwa ia tidak akan membiarkan rakyat lapar karena kekurangan suplai kebutuhan dasar. Oleh karenanya, bila kebutuhan dalam negeri meningkat sementara pasokan tidak mencukupi, keputusan untuk impor harus diambil dan rela dibully di media.
Tidak berhenti sampai di situ, ketika melakukan pengendalian harga, Mendag sering harus bertemu dengan pengusaha-pengusaha yang tidak menyetujui kebijakan pemerintah. Sebagai seorang yang lama berkecimpung di dunia usaha, Mendag bisa melakukan negosiasi dengan baik.
Ada hal yang menarik ketika dibukakan bahwa pengusaha selalu keberatan dengan pengaturan harga oleh pemerintah yang akan memberikan kerugian kepada mereka. Padahal kebanyakan pengusaha tersebut tetap akan mendapat keuntungan meski berkurang sedikit ketika menjual sesuai harga yang ditetapkan pemerintah. Hal ini tentu memerlukan ketegasan pemerintah untuk melakukan pengaturan.
Prioritas utama pemerintah menjelang bulan puasa adalah memastikan ketersediaan bahan-bahan kebutuhan pokok tersedia di pasar. Pilihan impor harus diambil ketika suplai dalam negeri tidak mencukupi, namun tetap diupayakan untuk pengelolaan suplai dalam negeri bekerjasama dengan kementrian terkait, contohnya Kementrian Pertanian.
Momentum bulan puasa pun seringkali dimanfaatkan oleh oknum pengusaha yang melakukan penimbunan sehingga menyebabkan barang langka di pasar. Dengan kelangkaan tersebut, maka efeknya adalah harga barang yang naik.