Lihat ke Halaman Asli

Air Butuh Ruang

Diperbarui: 25 Oktober 2016   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian Senin siang (24 Oktober 2016) di Bandung kemarin mengingatkan kembali bahwa air butuh ruang. Dan bila ruang yang ia tempati sudah tak memadai, ia akan mencari ruang sendiri, bagaimanapun resikonya.

Sudah begitu banyak kasus banjir yang terjadi di Indonesia bahkan dalam bulan September dan Oktober 2016. Selain kasus banjir di Bandung yang ditengarai akibat hujan intensitas tinggi, banjir Garut masih melintas dalam benak kita tanggal 20 September 2016. Begitupun di luar Jawa, menurut info Badan Nasional Penanggulangan Bencana, banjir melanda Kota Palopo pada Sabtu, 22 Oktober 2016.

Satu hal yang pasti ketika banjir melanda adalah dampak kerugian yang ditimbulkannya. Bukan hanya materiil, bahkan kita cukup prihatin dengan adanya korban nyawa yang melayang. Ada banyak faktor yang menyebabkan banjir, curah hujan yang tinggi dianggap sebagai faktor utama yang sebenarnya dipengaruhi oleh minimnya daerah resapan air akibat penebangan pohon, tata ruang yang berubah, saluran air yang mampet dan tanggul yang jebol.

Lalu pertanyaannya, bagaimana usaha kita mengatasi banjir hingga saat ini?

Menurut saya, pertama dan terutama, setiap orang harus bertanggung atas kebersihan lingkungan masing-masing. Sampah yang menumpuk di saluran air masih menjadi faktor yang dominan menyebabkan banjir. Saluran air yang mampet ditambah dengan semakin mendangkalnya saluran tersebut akan menyebabkan air permukaan (runoff) akan  mencari ruang.

Jadi mulai sekarang, mari mendisiplinkan diri dengan menjaga saluran-saluran air terhindar dari sampah, terutama sampah plastik. Bila saluran air sudah lancar, setidaknya kita sudah membantu untuk mengurangi potensi banjir. Langkah selanjutnya adalah mengharapkan pemangku kebijakan untuk mengedepankan penataan lingkungan, terutama saluran air dan pengelolaan tata ruang yang berwawasan lingkungan.

Contohnya di Bandung, pemerintah kota harus semakin fokus untuk penataan saluran air dan penambahan daerah resapan air. Pengembangan saluran air di beberapa titik (contohnya di Dago) sudah dilakukan, namun terlihat masih kurang karena bentuknya masih kecil. Semoga ke depan, masyarakat Bandung yang juara akan turut berpartisipasi aktif untuk menjaga lingkungan dan pemerintah kota Bandung semakin berfokus untuk pengelolaan tata ruang yang bebas banjir.

Air butuh ruang, maka sediakanlah agar ia tidak mencari ruang sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline