Hari Raya Pagerwesi adalah hari raya yang jatuh setiap Buda Kliwon wuku Sinta yang jatuh setiap 210 hari sekali atau setiap 6 bulan sekali dalam kalender Hindu. Seperti Hari Raya Galungan dan Kuningan, Hari Raya Pagerwesi juga termasuk dalam rerahinan bumi, artinya hari raya untuk semua masyarakat yang beragama Hindu.
Hari Raya Pagerwesi ini dilaksanakan untuk memuja Sang Hyang Pramesti Guru, manifestasi Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa sebagai guru sejati yang di iringi oleh para Dewata Nawa Sanga lainnya. Sang Hyang Pramesti Guru adalah nama lain dari Dewa Siwa, masyarakat hindu di Bali menganggap Sang Hyang Pramesti Guru merupakan guru di alam semesta terutama manusia. Hidup tanpa guru sama saja dengan hidup tanpa penuntun.
Pagerwesi memiliki arti pagar dan besi, melambangkan segala hal yang dipagari akan terlihat kokoh dan kuat. Makna lainnya yaitu sesuatu yang dipagari merupakan hal yang bernilai tinggi sehingga tidak boleh mendapatkan gangguan apalagi sampai merusak. Hari Raya Pagerwesi sering diartikan oleh umat Hindu sebagai hari memagarkan diri, yang disebut magehang awak dalam bahasa Bali. Hari Raya Pagerwesi adalah hari yang tepat untuk mendekatkan Atman kepada Brahman sebagai guru sejati. Pengetahuan sejati ini sebenarnya adalah "pager besi" yang melindungi kehidupan kita di dunia ini.
Inti dari perayaan Pagerwesi adalah untuk menyembah Tuhan sebagai guru sejati. Artinya, kita harus menyerahkan ketidaktahuan kita kepada Tuhan agar "Dia", sebagai guru sejati, memenuhi kita dengan kesucian dan pengetahuan yang baik. Makna yang lebih dalam terletak pada kemahakuasaan Sanghyang Widhi sebagai Pencipta, Pemelihara, dan Pelebur, atau di dalam aksara suci biasa disebut dengan Ang, Ung, Mang.
TERIMA KASIH.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H