Lihat ke Halaman Asli

LPG Vs Kayu Bakar

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberap awaktu yang lalu ibuku membeli tabung gas LPG (Liquefied petroleum gas) beserta kompornya dari salah satu teman kerjanya seharga 100rb. Hem, lumayan untuk cadangan di dapur rumah kami.

Fakta ini menarik karena tidak semua orang mampu mengoperasikan kompor berbahan bakar gas. Aku tidak menyalahkan teknologinya, yang pasti teknologi baru itu pasti ada nilai tambahnya. Namun yang aku pikirnkan adalah mengapa beberapa orang tetanggaku tidak mau menggunakan gas LPG, malahan mereka lebih senang menggunakan kayu bakar.

Jadi ingat 30 tahun yang lalu saat masak segala macam masakan masih menggunakan kayu bakar. Ya meskipun rasa makanan atau minuman yang sudah masak menjadi sangat khas, hehehe, tetapi kami bisa menikmatinya.

Sekarang harga kayu bakar ditempatku sekitar 100rb per m3, belum lagi kalau dicampur dengan “blarak” (daun kelapa kering) dan “batok” (tempurung kelapa kering), serta ranting dari kayu kering. Hemm pasti bisa dipakai berbulan-bulan. Tapi apakah akan menggunakan kayu bakar terus menerus? Mungkin didaerah tertentu masih menggunakan kayu bakar meskipun kompor LPG terus disosialisasikan oleh pemerintah. Memang sulit mengubah kebiasaan, harus perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan yang sudah nyaman.

Beberapa waktu yang lalu, media cetak nasional juga menulis, korban ledakan gas LPG berjatuhan, bukan tabungnya loh. Serta ada wacana pula, pemerintah akan menarik komponen tabung gas 3kg karena tidak berstandart SNI (Standar Nasional Indonesia), hemmm hayoooo kira-kira bisa ditebak siapa nih yang menjadi biang keroknya.

Harapanku semoga dengan wacana pemerintah, akan terlaksana sehingga benar-benar miningkatkan mutu sarta kualitas terhadap komponen tabung gas 3kg, dan yang terpenting tidak akan ada lagi korban setelah semua masyarakat Indonesia menggunakannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline