Lihat ke Halaman Asli

Ke-Inggris Inggrisan, Biar Keren Gitu Loh!

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu saat saya pergi kesebuah toko buku terbesar di kota Malang. Saat saya mengamati segerombol remaja yang mengelilingi floor display buku novel remaja ada sesuatu yang menarik. Saya mencoba mendekati bertaya kepada salah satu dari mereka, “dik, lagi pilih buku apa?”

lalu dia menjawab, “Oh, ini lho mas, cari novel remaja, pengarangnya adalah teman satu kelas kami.”

“Wah, pasti pintar ya temanmu bias nulis buku pakai bahasa Inggris.” Sahutku, sambil aku lirik buku yang dia pegang.

“Ya enggak lah! Ini kan hanya judulnya aja mas yang pake bahasa Inggris. Isinya pake bahasa Indonesia kok.” Salah satu dari mereka menimpali.

“Biar keInggris Inggrisan gitu loh!” salah satu dari mereka menyahut. :)

Suatu peristiwa yang sangat menarik untuk kita cermati, bahwa permainan bahasa merupakan salah satu faktor penting untuk menilai sukses tidaknya dalam penjualan buku. Seandainya buku itu berjudul “apakah Itu Cinta?” mungkin tidak akan pernah menarik/dilirik oleh para remaja, meskipun sudah terpajang apik di display buku. Lain cerita jika kita menuliskan kedalam bahasa Inggris dengan “What Is Love?” pasti para remaja/ABG akan melirik dan mungkin sampai membelinya. Ke-Inggris Inggrisan inilah yang sudah menjamur dan semakin marak di Indonesia. Fakta, di toko buku sudah jelas, berapa banyak buku yang diterbitakan oleh penerbit lokal/penerbit dari Indonesia sendiri yang memakai kata dalam bahasa Inggris. Bahkan buku best seller di Indonesia yang memecahkan rekor MURI sebagai buku local terlaris yang terjual sebayak 10511 eksemplar sehari memakai kata dalam bahasa Inggris. Masih ingatkah buku yang di tulis oleh Tung Desem Waringin berjudul Finacial Revolution, Ini adalah sebuah fakta, dan sulit untuk membendungnya.

Pergeseran bahasa memang tidak bisa kita bendung begitu saja. Sebagai contoh, kita harus mencintai produk Indonesia. Apakah semudah itu? Justru semakin banyak orang yang mencintai produk dari luar negeri, tentu dengan berbagai alasan. Mungkin karena kualitasnya lebih bagus jika dibanding dengan produk dalam negeri atau seribu alasan lain.

Kita perlu waktu untuk berproses menjadi diri kita sendiri, untuk mencintai diri kita sendiri, apalagi mencintai produk kita sendiri atau bangga pada diri kita sendiri. Bagi kita permainan bahasa tidaklah penting, yang terpenting adalah manfaat dari apa yang kita pelajari lewat media, baik cetak maupun elektronik. Tentunya, apa yang kita dapat dari sebuah fakta adalah untuk semakin mendewasakan pola pikir kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline