Menunda pelonggaran pembatasan sosial berskala besar untuk mengendalikan penyebaran virus corona merupakan keputusan yang sangat tidak bijaksana di tengah anjloknya perekonomian nasional sampai ke titik minus.
"Anjloknya pertumbumbuhan ekonomi nasional bukan hanya tanggungjwab pemerintah melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh warga bangsa termasuk saya, Anda dan kita semuanya. Menunda pelonggaran pembatasan sosial berskala besar mau menunjukan ketidak pekaan terhadap ekonomi nasional yang hancur berantakan sampai ke titik nol.
Menunda pelonggaran pembatasan sosial berskala besar menunjukan ketidak dewasaan dan ketidakadaftifan penyelesaian masalah meningkatnya kasus positif virus corona yang selaras dengan masalah aktual perekonomian bangsa saat ini. Kebijakan menunda pelonggaran PSBB transisi merupakan langkah mundur menuju keterpurukan perekonomian.
Bila itu terjadi, bukan tidak mungkin kita akan mengalami hal serupa seperti beberapa bulan ke belakang: melakukan semua kegiatan dari rumah. Inilah yang harus dihindari agar perekonomian bangsa dan kesehatan berjalan seiring sejalan.
Dalam pandangan penulis sejatinya kita belajar pada pengalaman bahwa salah satu faktor anjoloknya pertumbuhan ekonmi nasional adalah kebijakan PSBB sebagaimana Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo yang menyatakan bahwa melesetnya capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 dari prediksi bank sentral disebabkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Work from Home (WFH). Capaian pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2020 hanya 2,97 persen lebih rendah dari prediksi bank sentral yakni 4,4 persen.
Menurut penulis meningkatnya kasus positif virus corona di salah satu daerah di tanah air bukan karena tidak menerapkan PSBB, tetapi akar permasalahanya adalah ketidak disiplinan masyarakat, ketidak sadaran masyarakat, dan ketidak konsistenan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan untuk melindungi dirinya sendiri dan juga melindungi orang lain termasuk melindungi bangsa dan negara dari keterpurukan perekonomian.
Oleh sebab itu, meningkatnya kasus positif Virus Corona di salah satu daerah di Indonesia itu seharusnya mendidik masyarakat untuk bersikap lebih dewasa dan bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain maupun bertanggung jawab terhadap bangsa dan negara yang kita cintai ini. Sikap dewasa dan bertanggung jawab akan melahirkan niat yang tulus dan ikhlas, komitmen yang kokoh kuat bagaikan batu karang kebangsaan, meningkatkan kesadaran jiwa yang kritis untuk menerapkan protokol kesehatan secara disiplin dan konsisten sehingga tidak tertular dan menularkan virus corona.
Oleh sebab itu, penulis berpandangan mengendalikan penyebaran virus Corona dan meingkatnya kasus positif virus Corona bukan dengan cara menuda-menunda pelonggaran PSBB melain menegakan aturan dengan memberikan hukuman seberat-beratnya kepada warga bangsa yang tidak menerapkan protokol kesehatan.
Tidak menerapkan protokol kesehatan berarti tidak mencintai dirinya sendiri, tidak mencintai keluarga, tidak mencintai masyarakat dan tidak mencintai bangsa dan negara.
Kedewasaan, kesadaran, bertanggung jawab, disiplin dan konsiten warga bangsa dalam menerapkan protokol kesehatan menjadi akar permasalahan meningkatnya kasus positif Virus Corona akhir-akhir ini.
Mengatasi akar permasalahan tersebut menjadi tanggung jawab Anda, saya dan kita semua untuk memberikan kesaksian hidup, saling menyadarkan, saling mengingatkan, saling mendukung, saling melindungi dalam situasi konkret kehidupan setiap hari. Dengan demikian maka Anda sehat, keluarga sehat, masyarakat sehat, bangsa dan negara sehat, ekonomi nasional bertumbuh dan berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H