Kritik demi kritik terus menghujani sosok pejabat publik ini terkait klaimnya yang mempunyai big data 110 juta warganet setuju adanya penundaan Pemilu 2024. Dari mulai Rocky Gerung, Refly Harun, Fahri Hamzah dan menyusul Roy Suryo serta Hersubeno Arief.
Pakar telematika Roy Suryo menuturkan apa yang disampaikan pejabat publik tersbeut, alih-alih Big Data namun ternyata Big Dusta. Hal ini diyakini dengan keengganan sosok tersebut untuk membuka data yang dipunyainya kepada masyarakat. Bahkan ketika ditantang langsung oleh mahasiswa Universitas Indonesia (UI) belum lama ini.
Lebih lanjut, Roy mengatakan jika sosok tak kunjung membuktikan omongannya, padahal sudah diungkap oleh Ketua DPD dan ditantang mahasiswa UI, maka ia sama saja menyebarkan kebohongan luar biasa.
Tudingan bahwa pejabat Jokowi ini berbohong soal big data juga diluncurkan oleh Konsultan Media dan Politik, Hersubeno Arief. Sama-sama berangkat dari pernyataan ketua DPD RI AA La Nyalla yang buka-bukaan mengatakan bahwa data yang disampaikan pejabat tersebut adalah bohong, Arief juga menantang apakah pembantu Jokowi ini berniat melakukan hal yang sama.
Lebih lanjut, menurut Arief jika sosok ini tetap tutup mulut dan tak mau membuka big data, maka ini juga akan berimbas pada kredibilitas dirinya dan juga mencoreng kredibilitas pemerintahan Jokowi itu sendiri.
Arief menjabarkan kembali paparan La Nyalla yang mengatakan bahwa krisis minyak goreng dan kenaikan harga, ditambah dengan merebaknya wacana penundaan Pemilu 2024 saja sudah membuat berkurangnya tingkat kepercayaan publik terhadap Jokowi.
"Nah kalau masih terus ngeles, tidak berani buka data, makin hancurlah kredibilitas pemerintahan ini," katanya, dalam kanal YouTube Hersubeno Point, Jumat, (15/4).
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu setuju dengan kritik dua tokoh publik tersebut?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H