Lihat ke Halaman Asli

Nikolaus Loy

Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Di Balik Ribut-Ribut Konser Taylor Swift

Diperbarui: 18 Maret 2024   19:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

AFP/GETTY IMAGES NORTH AMERICA/AMY SUSSMAN via KOMPAS.com

Tahun 1977, Jacques Attali, seorang ekonom profesional dan teoritis sosial Prancis menulis buku teori perkembangan musik. Judulnya Bruits: essai sur l'economie politique de la musique. Diterjemahkan ke Bahasa Inggris menjadi Noise: the Political Economy of Music (1985) oleh University of Minnesota, AS.

Menarik bahwa Attali menggunakan kata "noise", yakni bunyi (biasanya keras), tidak menyenangkan dan mengganggu. Dalam bahasa Indonesia, "noise" itu "kebisingan", "suara ribut". Mungkin karena, musik dengan volume besar memang menimbulkan ketidaknyamanan bagi yang mendengar.

Attali membagi empat tahap perkembangan musik. Pertama, sacrificing, berlangsung sebelum tahun 1500. Pada tahap ini, musik belum diberi nada dan diproduksi massal, masih dalam bentuk nyanyian oral rakyat, hidup dalam ingatan.

Musik merupakan lawan dari "noise" alam, yakni kematian, kehancuran dan chaos. Disebut "sacrificing", karena musik adalah tranformasi emosional manusia, dalam bentuk ritual terhadap kekerasan alam.

Kedua, representing, berlangsung tahun 1500-1900, era musik yang dinotasi. Musik diperjualbelikan, menjadi kompleks, diurus oleh spesialis musik. Musik hadir melalui pertunjukan. Di dalamnya, seorang penampil, musikus, menghadirkan musik yang tidak ada menjadi ada. Dengan mengadakan nada-nada dari lembaran ciptaan komposer kepada pendengar yang menunggu.

Ketiga, repeating, era sudah tahun 1900. Musik yang direkam dan disiarkan. Notasi yang sebelumnya ditulis dan menjadi dasar bagi musikus saat pertunjukan, kemudian direkam dan bisa diulang-ulang melalui siaran. Yang direkam belakangan adalah pengulangan dari apa yang ada sebelumnya.

Dan, keempat, post-repeating yang melibatkan remixing, manipulasi elektronik

Awal Maret 2024, beberapa negara Asia Tenggara lagi bikin "noise" (kebisingan). Sebabnya adalah "noise" yang lain yakni konser 6 hari (2-4, 7-9 Maret) Taylor Swift di Singapura.

Bersamaan itu juga Singapura dikritik karena memonopoli tur Swift ke Asia Tenggara. Negara ini bahkan dicurigai pakai "uang sogokan" agar Taylor Swift hanya pentas di negara ini.

Musik dari personal ke personal yang lain

Musik lahir dari refleksi personal para musisi. Ketika berubah menjadi industri pertunjukan, musik melibatkan matematika, teknologi dan seni.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline