Lihat ke Halaman Asli

Nikolaus Loy

Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Presiden Baru dan Tantangan Deindustrialisasi

Diperbarui: 19 Februari 2024   17:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: Industrialisasi. (Sumber foto: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO)

Salah satu visi pasangan Prabowo Gibran adalah melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi. Satu tantangan yang dihadapi presiden baru adalah gejala deinsutrialisasi dalam ekonomi Indonesia. 

Jika hendak mempertahankan petumbuhan ekonomi dan menyediakan lapangan kerja, pertumbuhan industri menjadi instrumen kunci. 

Di tengah lingkungan ekonomi global yang makin kompetitif, meningkatkan kembali pertumbuhan industri harus menjadi prioritas Prabowo Subianto jika dilantik sebagai presiden baru.

Deindustrialisasi

Deindustriliasasi, secara sederhana, dimaknai sebagai penurunan pertumbuhan industri dalam sebuah kawasan atau negara. 

Penurunan itu ditandai dengan berkurangnya kontribusi sektor industri dalam produk domestik bruto sebuah negara. Tanda lain adalah menurunnya persentase industri dalam total ekspor sebuah negara. 

Dampak deindustrialisasi ekstrim adalah penurunan persediaan lapangan kerja. Karena tidak ada industri baru yang bertumbuh atau bahkan pertumbuhan minus, jenis pekerjaan baru tidak bertambah.

Sebab deindustrialisiasi berbeda dari satu kasus ke kasus lain. Di negara-negara industri maju, seperti AS, deindustrialisasi terjadi baik karena relokasi industri atau globalisasi  produksi. 

Jadi, yang pertama terjadi ketika perusahaan memindahkan pabrik ke lokasi produksi ke luar dari negara asal, misalnya dari AS. Yang kedua perusahaan tidak lagi membuat semua komponen, tetapi melakukan produksi dengan menggabungkan komponen yang diproduksi dalam jaringan produksi global.

Pemindahan ini didorong oleh beberapa faktor seperti naiknya upah buruh di negara asal, keinginan untuk mendekati pasar, sumber bahan mentah dan  upah buruh murah di negara tujuan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline