Lihat ke Halaman Asli

Nikolaus Loy

Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Presiden Baru dan Kelanjutan Neo-Developmentalisme?

Diperbarui: 15 Februari 2024   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pembangunan mempengaruhi penataan politik. Industrialisasi berskala besar dan dibiayai utang memiliki resiko tinggi. (Sumber Foto: KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO) 

Penghitungan suara masih berjalan. Hasil Hitung cepat menunjukkan keunggulan pasangan Parbowo-Gibran. 

Belajar dari pemilu sebelumnya, siapa yang menang dalam hitung cepat hampir pasti menjadi pemenang. Apakah presiden baru akan meneruskan atau merevisi strategi pembangunan warisan Jokowi.

Model pembangunan selama sepuluh tahun pemerintahan Jokowi telah dilabeli sebagai kebangkitan developmentalisme dan disebut neo-developmentalisme.

Developmentalisme lama

Developmentalisme (pembangunanisme) adalah istilah yang dipakai untuk model pembangunan yang populer sepanjang tahun 1970-1990-an di Asia Timur dan Amerika Latin. 

Di Asia Timur, model ini melahirkan negara-negara industri baru seperti Korea Selatan dan Taiwan. Indonesia menerapkan model ini selama pemerintahan Order Baru.

Ciri utama model ini adalah:

(1) ideologi utama adalah pertumbuhan ekonomi berbasis indutrialisasi berskala besar dan cepat. Negara melakukan investasi di berbagai sektor, khususnya industri besi baja, kimia dan industri dengan berteknologi tinggi. 

(2) peran pemerintah yang sangat dominan. Negara melakukan ini dengan tiga cara: mengatur pasar, merencanakan pembangunan bertahap, formasi kapital. 

(3) Karena industri bertujuan mengganti impor, pasar domestik diproteksi dari persaingan internasional. Investasi dikontrol dan stabilitas mata uang dijaga dengan memberlakukan sistem nilai tukar tetap. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline