Lihat ke Halaman Asli

Nikolaus Loy

Dosen HI UPN Veteran Yogyakarta

Hujan Penghabisan (2)

Diperbarui: 9 Desember 2021   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

:kepada Rambu Tonda Bitu

hujan penghabisan
tinggal jejak di di tubuh kota
nyanyian anak-anak di derai hujan telah jauh di sungai waktu
tawa perempuan-perempuan muda melata di wajah   kota
di kedai orang-orang bertukar kehangatan
dari gelas-gelas beraroma arabica
di taman burung-burung gereja memamen rinai sisa

mari kita keluar sayang
tinggalkan kamar-kamar kesedihan
ke kota memungut keceriaan lampu-lampu yang berpendar

biarkan aroma bungur sepanjang boulevard
memacu gairah-gairah purba
yang telah kita tabung di ruang penantian

Mari kita keluar sayang
tinggalkan rumah-rumah penderitaan
ke pantai memanen buih gelombang
menangkap suara camar yang tertaut di tiang-tiang kapal
pulang, membawa pelaut ke rahim rindu orang-orang tercinta
di pelabuhan penghabisan

Mari kita keluar sayang
tinggalkan kepala yang penuh tanda tanya
ke padang menghirup aroma ilalang basah
dapat  kita berdansa di warna bianglala
saat senja memahat liukan tubuhmu di telapaknya
dan setelah bosan kita bisa bicara dalam diam
tentang hari-hari yang  bakal tiba
yang akan kita tanami dengan kasih sayang

purwomartani, 15 Mei 2008




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline