Lihat ke Halaman Asli

Cerita dari Festival Kabupaten Lestari 2018

Diperbarui: 3 Agustus 2018   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setuju gak sih kalau semakin hari, kesadaran individu untuk peduli terhadap aspek keberlanjutan; baik dalam kegiatan ekonomi, sosial, bahkan lingkungan, semakin besar? Begitu pun kesadaran kelompok untuk melakukan hal yang sama. Setidaknya, itulah yang saya amati selama mengikuti Field Visit: Journey of Musi Banyuasin to Green Growth minggu lalu. Dalam perjalanan ini, saya dapat melihat bagaimana upaya keras pemerintah untuk membangun daerahnya tanpa mengabaikan ketiga aspek keberlanjutan.

"Berapa jam lagi, Mil?" saya bertanya kepada Milla, teman seperjalanan yang memang berasal dari Musi Banyuasin (Muba), tuan rumah Festival Kabupaten Lestari 2018. "Masih setengah perjalanan lagi, mbak" jawabnya. Entah mengapa, sisa setengah perjalanan itu terasa amat panjang bagi saya. Mungkin pemandangan pohon karet yang berganti menjadi pohon sawit, lalu kembali lagi dengan pohon karet itulah yang membuat perjalanan terasa lama.

UPPB Cipta Praja

Selang beberapa menit kemudian, tibalah kami di Unit Pengelolaan Pemasaran Bokar (UPPB) Keluang yang berada di Desa Cipta Praja dan Desa Mekar Jaya, Kecamatan Keluang. UPPB ini merupakan UPPB pertama yang dibentuk di Muba. Melangkahkan kaki keluar dari bis, perhatian saya langsung tertuju pada tumpukan balok karet yang hampir memenuhi lapangan ini

p-20180726-121000-5b643cc1d1962e043e33cb43.jpg

Hamparan karet yang bakal dilelang  Aristya Tri Rahayu

"Banyak sekali karet nya, Pak", seru saya yang baru pertama kali melihat produksi karet sebanyak itu. "Iya, mbak. Biasanya lebih banyak dari ini jumlahnya. Satu minggu bisa mencapai 33 ton", ujar seorang Bapak yang membelah balok karet untuk kami lihat kualitasnya. Jujur, saya tidak begitu paham tentang kualitas karet yang baik. Namun, melihat kondisi karet yang putih bersih menandakan bahwa kualitas karet disini bagus.

Ada beberapa hal menarik dari UPPB Keluang ini, di antaranya adalah:

  1. Sistem Lelang
    Harga karet yang fluktuatif di pasaran, terkadang merugikan para petani karet. Maka dari itulah, sistem lelang dilakukan untuk meningkatkan nilai jual karet itu sendiri. Selain itu, dengan adanya UPPB ini para petani semakin berupaya untuk memerhatikan kualitas karetnya masing-masing. Sebab, semakin baik kualitas karet, maka semakin tinggi pula nilai jualnya.
  2. Inovasi Asap Cair
    Kalau biasanya para petani menggunakan asam sulfat untuk memadatkan getah karet, disini para petani menggantinya dengan asap cair. Tanah yang terkena asam sulfat harus digali hingga 2-3 meter dalamnya, sehingga merusak kondisi lingkungan. Berbeda dengan asam sulfat, asap cair tidak akan menimbulkan kerusakan pada tanah.
    Asap cair diperoleh dari hasil penyulingan batang pohon. Pertama, batang pohon dibakar dalam sebuah tangki besar, lalu asap hasil pembakaran didistribusikan lewat sebuah pipa hingga menjadi asap cair. Sederhana tapi canggih!

qqqqqqqqqqqqq-jpg-5b643dbf5a676f26d4180638.jpg


KUD Sumber Jaya Lestari

Beranjak dari UPPB Cipta Praja, field visit dilanjutkan dengan mengunjungi koperasi sawit di Desa Mekar Jaya, Kecamatan Keluang. Pada Oktober 2017 lalu, koperasi ini menjadi salah satu koperasi yang melakukan replanting atau peremajaan sawit bersama presiden Republik Indonesia.

Replanting sawit dilakukan untuk mengganti pohon sawit yang sudah tua sehingga menyebabkan produktivitasnya menurun. Untuk itulah, peremajaan sawit dilakukan agar produktivitas sawit semakin baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline