Lihat ke Halaman Asli

Perayaan Tahun Baru, Mengucap Syukur atau Berhura-hura?

Diperbarui: 24 Juni 2015   03:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelumnya saya mohon maaf bila artikel ini menyinggung beberapa pihak. Saya tidak bermaksud menyinggung pihak tertentu. Artikel ini hanya perenungan pribadi saya di saat pergantian tahun kemarin.

Pergantian tahun…

Kebanyakan orang merayakannya dengan berbagai cara, ada yang berkumpul bersama keluarga, ada yang menonton konser, pergi ke mall, dan masih banyak lagi. Semua dilakukan untuk memeriahkan pergantian tahun yang lama kepada tahun yang baru.

Tak berbeda dengan saya, saya juga merayakan pergantian tahun baru juga. Saat masih bersekolah di SMA, saya rayakan dengan menonton konser, makan-makan dengan banyak teman saya, dan banyak hal yang lain yang kebanyakan orang lakukan. Namun, 4 tahun belakangan ini saya marayakan pergantian tahun dengan cara yang berbeda.

Malam tahun baru selalu saya habiskan dengan beribadah di gereja, mungkin terdengar aneh dan terkesan “sok suci”, tapi saya memang menikmati perayaan tahun baru dengan cara ini.

Gereja tempat saya beribadah bukanlah sebuah gereja yang besar, ibadah tutup tahun pun tidak kami rayakan dengan sesuatu yang mewah. Sekilas ibadah ini hanyalah ibadah dengan banyak kesaksian dari para jemaat dan juga ada penyampaian visi untuk satu tahun ke depan dari bapak Pendeta.  Berikut adalah foto-foto dari ibadah tutup tahun tersebut.

Kesaksian para jemaat ini sangat sederhana, ada seorang ibu yang bersaksi tentang kesembuhan penyakitnya, seorang ibu yang lain bersaksi tentang keselamatan suaminya dari kecelakaan,  ada juga seorang bapak yang mengucap syukur untuk kecukupan biaya pengobatan kedua anaknya, ada juga seorang pemuda yang rindu untuk melanjutkan kuliah, dan masih banyak kesaksian yang lain. Selain bersaksi, ada juga jemaat yang menciptakan sebuah lagu. Kesaksian dan lagu ini adalah hal yang sederhana, tapi saat saya mendengar semuanya itu, saya rasakan sebuah ucapan syukur yang tulus kepada Tuhan dari orang-orang ini atas penyertaan Tuhan selama tahun 2013 ini. Kesaksian bukan hanya datang dari para orang tua, tapi ada juga sekelompok anak-anak kecil yang mempersembahkan tarian mereka sebagai bentuk ucapan syukur mereka. Selamat setahun ini mereka terus berlatih untuk mempersiapkan semuanya ini. Selain kesaksian dan nyanyian, pak pendeta juga menyampaikan visi satu tahun ke depan. Mengenai harapan setahun mendatang dan apa yang harus dikerjakan untuk setahun kedepan.

Saya ini bukanlah orang yang skeptis terhadap perayaan tahun baru beserta dengan hingar bingar keramaiannya. Saya adalah orang yang suka dengan keramaian dan kebersamaan. Tapi untuk tahun baru ini, alangkah baiknya jika kita mengerti benar, apakah yang kita lakukan adalah sebuah bentuk ucapan syukur dan pengharapan atau hanya sekedar sebuah pesta hura-hura yang menghabiskan banyak dana.

Pergantian tahun adalah saat yang tepat untuk kita mengucap syukur dan merenung mengenai setahun ke belakang, apa saja berkat Tuhan dan apa saja kekurangan kita sehingga bisa kita perbaiki di tahun-tahun mendatang. Selain itu, pergantian tahun juga saat bagi kita untuk menaikkan setiap harapan kita kepada Tuhan. Saya rasa alangkah bijaknya jika di pergantian tahun ini, seluruh elemen bangsa ini mengerti dan bersatu hati, mengucap syukur  untuk tahun 2013 dan memohon untuk 2014 supaya 2014 lebih baik lagi, mengingat banyaknya hal yang luar biasa akan tejadi  di bangsa ini di tahun 2014.

Selamat tahun baru 2014. Tuhan memberkati

Salam

Niko Ardanisatya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline