Lihat ke Halaman Asli

Pendidikan Tanpa Agama Bagikan Orang Abnormal, Begitu Pula Sebaliknya.

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Seringkali orang-orang menganggap. “wah...anaknya kyai ya pasti jadi penerus abahnya”. “wah...anak orang kaya ya pasti dapet baju banyak , paralatan mahal dan ber merk dong”.

Dan ketika dibuktikan dengan seringnya fakta yang terjadi dimuka bumi ini. Gus-gus akan menjadi kyai, dan ning-ning akan menjadi bu nyai. Apalagi jika putra dan putrinya berjumlah sedikit. Otomatis menjadi penerus derajat orang tuanya. Dalam dunia pemerintahan hal ini juga dapat terjadi.

Namun, jika dalam hal pendidikan, hal turun temurun tersebut akan jarang terjadi. Tuntutan dan kemauan orang tua adalah minimal putera-puterinya seimbang dengan pendidikan terakhir yang dienyam oleh kedua orang tuanya, misalnya ayah dan ibunya pendidikan terakhirnya adalah S1, maka anak-anaknya minimal sarjana S1 atau bahkan harus lebih dari itu.

Faktanya tingkat kepintaran atau kecerdasan setiap orang itu berbeda-beda. Mau dipaksa seperti apapun jika taraf  kecerdasan tersebut sampai situ saja ya sudah tidak bisa dipaksa lagi.

Tetapi.. hal yang sangat penting adalah keterkaitan keagamaan dan pendidikan. Tanpa agama, pendidikan dipelajari itu bagaikan orang yang pincang. Dan tanpa pendidikan, agama dipelajari itu bagaikan orang yang buta.

Bagaimana tidak, misalnya  kita mempelajari keagamaan tetapi kita tidak berpendidikan, yang ada kita akan menelan mentah-mentah agama apapun yang dikenalkan kepada kita, atau bahkan dapat berpindah-pindah agama ketika kita dipengaruhi.

Begitu juga sebaliknya. Ketika kita mempelajari pendidikan tanpa agama, kita tidak ber Tuhan, maka kita akan dipontang-pantingkan oleh berbagai informasi yang masuk. Manusia hidup tanpa agama itu bagaikan manusia hidup tanpa arah, tidak jelas, tidak ber Tuhan, tidak memiliki pedoman yang kuat. Dan yang mungkin sering terjadi adalah kegalauan.

Naah.. maka dari itu bagaimana penting dan saling berkaitannya agama dengan pendidikan. Biar bagaimanapun kedua hal tersebut tidak akan pernah bisa dipisahkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline