Jepara-Tradisi mudun lemah atau Tedak sinten merupakan tradisi adat Jawa yang dilaksanakaan ketika seorang anak berusia 7 bulan atau ketika anak sudah mulai bisa berjalan. Dikatakan mudun lemah yaitu memiliki arti turun ketanah, karena pada usia tersebut seorang anak sudah saatnya kembali ketanah, menginjakkan kakinya pertama kali ketanah.
Setiap daerah memiliki perbedaan pelaksanaan atau prosesi "Mudun lemah" nya. Di desa Langon Rt 01/01 Tahunan Jepara, tradisi Medun Lemah diselenggarakan ketika Hari raya idul adha. Semua warga desa sangat antusias mengikuti prosesi acara tersebut.
Selain bentuk syukur kepada Allah SWT. Tradisi Medun lemah juga dapat menyambung kebersamaan dengan warga lainnya. Salah satu bagian dari tradisi itu yaitu Pakponjen atau menyebar uang recehan kepada warga dari anak-anak hingga dewasa dengan cara berebutan. Terakhir disambut dengan doa dan makan bersama.
Menurut Bapak Nur Khamid selalu ketua Rt 01 desa Langon Tahunan Jepara menyampaikan bahwa Tradisi ini memang sudah menjadi kebiasaan bagi warga setempat. "biasanya jika anak sudah bisa berjalan namun belum memasuki Hari raya idul adha maka mereka akan tetap menyelenggarakan pada saat hari raya idul adha tersebut. " Ungkap Nur Khamid.
Sementara salah satu warga di wawancara pada saat mengikuti prosesi Mudun lemah bahwa mereka sangatlah senang dengan adanya tradisi tersebut. "Menurut saya tradisi ini dapat membuat kita(warga desa Langon Rt01) semakin menjalin kebersamaan dan juga membuat anak anak bisa belajar melestarikan budaya sambil bersenang-senang. " Katanya.
Kepala desa Langon Tahunan Jepara Bapak Suharto dan Ketua Rt 01 desa Langon Bapak Nur Khamid berharap bahwa Tradisi "Medun lemah" atau Tedak sinten ini selalu menjadi budaya yang selalu di lestarikan oleh warga desa Langon Tahuna Jepara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H