Setiap mendengar lagu Bagimu Negeri, mata saya berbinar, ada letupan-letupan kecil di hati. Penjiwaan dalam dendangan itu begitu kental, menyentuh kalbu yang terdalam. Sudah layaknya janji, sudah seperti komitmen bagi kami, anak bangsa, untuk menjaga tumpah darah Indonesia, dari orang-orang yang berusaha memecah-belah negara dengan berbagai cara.
78 tahun negara kita merdeka, untuk apa jika kemerdekaan itu tidak terimplementasi dalam diri setiap warganya? Kita sudah pernah merasakan matinya demokrasi selama 32 tahun bersama pemerintahan orde baru. Setelah itu kita bisa keluar dari kungkungan itu dan kembali menghirup udara segar kemerdekaan.
Pasca 25 tahun umur reformasi terlepas dari zaman dibungkamnya suara rakyat, haruskah kita kembali ke zaman orba itu hanya karena salah memilih pemimpin? Bung, demokrasi dimana rakyat yang memegang tahta tertinggi dalam menentukan pemimpinnya, sudah diperjuangkan oleh Presiden kelima Megawati Soekarnoputri dengan perjuangannya kala itu.
Masak iya kita menyerahkan kembali kemerdekaan itu kepada penguasa yang hanya mementingkan urusannya? Tidak. Dijajah negara sendiri, tidak boleh ada lagi. "Bagimu Negeri" bersenandung penuh makna di telinga saat tiga jari mengacung di udara.
Ya hari ini panggilan untuk mengabdi pada tanah air itu berdengung jelang pilpres 2024. Datangnya dari tanah di sebelah Timur, tepatnya di Merauke, Papua. Ganjar Pranowo memulai kampanye hari pertamanya di tanah Papua. Sedangkan wakilnya, Mahfud MD, di ujung Barat yakni Sabang, Aceh.
Mereka sudah bersepakat menggunakan waktu kampanyenya ini dengan baik melalu pembagian tugas. Desa adalah tujuan mereka untuk menyapa warga. Disana banyak cerita mengalun, banyak aspirasi pula yang dimasukkan dalam kantongnya.
Bahkan tak segan, solusi dari permasalahan seperti kesehatan ia berikan langsung. Atas izin Bawaslu, Ganjar rencanakan segera untuk mendirikan Puskesmas. Dengan programnya 1 desa 1 faskes 1 nakes, implementasinya nyata digarap di tanah Kondo. Ganjar tidak mau menunda karena kesehatan adalah kebutuhan mendesak.
Di Jateng sendiri dia sudah membangun puskesmas hingga 70 lebih bangunan. Hanya dia calon pemimpin yang peduli dengan kesehatan rakyat lewat aksi nyata tanpa bualan ataupun janji manis, Ganjar merealisasikan hal itu.
Tiga yang menjadi nomor urutnya dalam kontestasi pilpres nanti, nyatanya sudah memiliki banyak makna. Seperti yang nampak dalam pergerakan gesitnya saat ada problem yang menghinggapi kehidupan warga.
Dia tidak diam, terus bergerak melakukan upaya untuk menyejahterakan rakyatnya. Jika bergerak belum cukup, maka dia harus berjuang untuk mencapai satu harapan yang membawa kemaslahatan bagi rakyat. Selanjutnya kita akan berhasil, karena kita harus optimistis bahwa kejujuran dalam berproses itu akan berbuah manis di akhir nanti.