Dulu dalam mata pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKN) di bangku sekolah dasar, aku dan kawan-kawan selalu diingatkan tentang satu sikap yang harus dimiliki setiap rakyat terhadap negaranya.
Ya, sikap lebih mementingkan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi. Sikap itu selalu digaungkan para guru untuk membentuk karakter anak bangsa pada diri setiap muridnya. Masalahnya apa ajaran dasar itu masih terpatri diingatan mereka saat ini.
Seperti pejabat negara, kepala daerah hingga pemimpin negara, tentunya bukan sekedar ingatan tapi setiap langkah dalam bertugas seharusnya prioritas mereka adalah rakyat.
Rakyat sudah menaruh kepercayaan pada orang-orang penting itu untuk menjalankan pemerintahan yang baik. Mereka menitipkan sebagian kehidupan bernegara kepada mereka. Apa jadinya kalau mereka justru menelantarkan kepercayaan rakyat?
Dari setiap huru-hara atau berita miring tentang penyimpangan yang merka lakukan, rakyat masih memiliki secuil keoptimisan akan perbaikan yang mereka lakukan. Tapi nyatanya hal itu tidak dilakukan oleh pejabat negara sekelas Anies Baswedan, capres besutan Surya Paloh.
Setelah membuat resah rakyat dari kepemimpinannya di DKI Jakarta dan ketika menduduki kursi dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), kini ia kembali melancarkan taktik gilanya.
Demi meraih predikat capres berprestasi Anies kembali tega menipu rakyat dengan mengaburkan berita. Dirinya menjadi speaker dalam salah satu rangkaian acara KTT G20 yang digelar di Bali.
Dalam penuturannya di media sosial, kehebatan dia menjadi pembicara itu dilakukan dalam rangka memenuhi undangan pada rangkaian acara KTT G20 itu. Pendukungnya ikut meramaikan prestasi sang capres. Pamer sana-sini, membandingkan dengan kepala daerah dan pejabat lain.
Namun fakta terkuak setelah kebanggaan itu meluap di berbagai penjuru, yang dihadiri Anies ternyata bukanlah sebuah undangan melainkan pendaftaran terbuka bagi siapa mereka yang berminat menjadi seorang speaker apada salah satu rangkaian acara akbar itu.