Disinggung tentang seniman dan salah satu karyanya, lukisan, ingatanku melayang pada salah satu Drama Asia yang menceritakan sedikit tentang kehidupan seorang kurator. Keren saja menurutku profesi kurator itu, bisa menguraikan karya-karya yang terpajang dalam luasnya galeri.
Kurator ini sebagai tangan panjangnya dari para seniman yang menuangkan karyanya dalam sebuah obyek apik, yang memiliki arti dan makna di dalamnya. Antusias menyelimuti para pengunjung galeri yang menerima penjelasan dari kurator.
Semakin jelas bagi mereka yang sudah pro dengan karya-karya lukisan. Yang belum pro pun tidak perlu khawatir lagi, karena kehadiran kurator ini yang akan memudahkan setiap pengunjung dalam menelan informasi yang disampaikan para seniman.
Sama halnya dengan Ganjar, kali ini secara pribadi mendapat lukisan dari senimannya langsung, bukan lagi melalui kurator. Dalam unggahannya, Ganjar sedang berkunjung ke Jogja untuk bertemu dengan kawan-kawan lamanya, salah satunya adalah seorang seniman, yang akrab dengan sapaan Mas Butet.
Dalam acara kumpul-kumpul itu, Butet memberikan satu lukisan sebagai cindera mata untuk Ganjar. Butet menerangkan maksud gambar yang dibalut rapi dalam bingkai, gambar tersebut adalah gambar yang identik dengan 'ngerem keserakahan'.
Tentu maksud Butet memberi lukisan itu untuk Ganjar bukan sekedar cindera mata, dari lukisan itu Butet menyampaikan pesannya untuk gubernur berambut putih itu. Butet juga menambahkan, mengendalikan keserakahan itu tidak hanya perihal materi atau harta atau kekayaan, tapi semua hal, termasuk jabatan sang gubernur saat ini, dan kelanjutan jabatan yang nanti akan menjadi jodoh selanjutnya.
Serakah memang selalu mengelilingi diri setiap insan di dunia ini. Sudah memiliki satu sepatu, maunya beli lagi satu, bilangnya cuma buat gonta-ganti aja. Besoknya pas ada duit, beli lagi, kali ini alasannya sudah bosen sama yang lama. Dan begitu terus sampai sepatu menumpuk banyak di rak.
Dalam masalah jabatan pun sama, sudah menjadi lurah dengan gaji yang lebih dari cukup untuk makan dan memenuhi kebutuhan sehari-hari, dirinya akan menginginkan yang lebih. Hingga mau saja jika disodori segepok uang atau hadiah lain untuk melancarkan aksi si pemberi, entah dalam jual beli jabatan, atau mempermudah birokrasi.
Ganjar selalu dikelilingi orang-orang baik, dia teteg dengan slogan sekaligus menjadi prinsipnya dalam memimpin, "mboten ngapusi mboten korupsi". Banyak rakyat ingin menjadikannya sebagai pemimpin negara ini. Sudah jadi rahasia umum, kalau Ganjar menjadi penantian rakyat. Kali ini harapan besar itu datang dari para seniman, dan kawan-kawan aktivis Jogja.
Selama perjalanan Ganjar di dunia politik ini, dirinya memang memiliki banyak haters, yang datang tidak dari kalangan masyarakat saja tapi juga beberapa jajarannya. Itu karena Ganjar yang sulit diiming-imingi cara kotor untuk mendapatkan kepuasan pribadi, hingga tak jarang tuduhan menghampirinya.
Dari pesan Butet ini adalah bekal, jika nanti Ganjar menjadi pemimpin negeri ini menggantikan Jokowi, ia harus tetep ingat sama nasehat-nasehat orang-orang di sekitarnya, seperti alarm yang menjadi pengingat jadwal tuannya.