Lihat ke Halaman Asli

Nikmat Jujur

Hanya Selingan

Mewacanakan Tatanan Aparat Pemerintah Professional Pancasilais

Diperbarui: 14 Juni 2016   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semangat dan norma hidup berkebangsaan Pancasila jika diperhatikan belakangan ini semakin tergerus dan terlindas oleh semangat dan kepentingan individu maupun kelompok tertentu. Sangat disayangkan jika di satu sisi Negara dalam hal ini pemerintah sibuk mengusahakan kemajuan pembangunan di berbagai sektor, dan si sisi lain pun Negara harus sibuk pula menghadapi  urusan intern maupun ekstren yang sifat Hambatan Ancaman Tantangan Dan Gangguan (HTAG) yang sifatnya mengancam makna hidup berkebangsaan berdasarkan Pancasila.

Memang tak dipungkiri Pemerintah saat ini kian giatnya mengedepankan program prioritasnya yakni revolusi mental (Revmen) diberbagai aspek, lini maupun strata mulai dari lapisan akar rumput sampai ketingkat lebih tinggi. Revmen sendiri bertujuan mengembalikan kesejatian harga diri bangsa yang kian lama terkesen semakin tergerus arus reformasi dan tuntutan dunia modern. Sekalipun memang pada hakikatnya harus mengikutinya akan tetapi bukan berarti sampai harus melupakan hakikat jati diri bangsa yang menjadikan Pancasila sebagai ujung tombak pemersatu dan peneggakkan harga diri bangsa yang sejak dahulu telah diperjuangkan para pendahulu bangsa.

Memperhatikan kondisi bangsa belakangan ini, dimana sedikit mengalami gangguan sekalipun belum sampai tingkat memprihatinkan tetapi adalah wajib sebagai warga bangsa yang turut peduli dan bertanggung jawab terhadap keberlangsungan nasib dan masa depan. Mau saya katakan bahwa seoptimal atau sebaik apapun upaya pemerintah dalam mengusahakan kemajuan pembangunan tanpa dibarengi adanya prakarsa individu maupun kelompok. Menyadari bangsa ini masih teramat jauh tertinggal dan membutuhkan sentuhan serta polesan berarti memacu laju pembangunan maka dapat dikatakan semuanya akan terkesan mubasir karena pemerintah bisa jadi hanyalah bergerak sendiri tanpa dukungan dari elemen penting lainnya.

Bangsa ini telah hampir ¾ abad Negara memproklamirkan kemerdekaannya lantas jadi pertanyaan telah sematang umurkah pemahaman kehidupan berbangsa di Negara kita. Menjawabnya lantang saja dapat dijawab sama sekali belum justru semakin lama pemahaman kehidupan berbangsa semakin tergerus kepentingan individu, kelompok dan golongan tertentu semata. Padahal hakikat pendirian dan perolehan kemerdekaan yang kita rasakan saat ini bukanlah demikian seperti yang kita lihat sekarang ini.

Wacana pemahaman kesejatian berkehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita saat ini boleh kata perlahan mulai terbangun. Tetapi semua itu terlihat terganjal oleh berbagai kepentingan individu dan kelompok tertentu yang kurang paham akan makna penting kehidupan berbangsa dan bernegara seperti yang diamantkan Pancasila dan UUD 1945. Akibatnya yang dipertontonkan adalah egosisme dan upaya memecah belah bangsa ini dengan tindakan yang bertentangan dengan paham moralistic bangsa yakni Pancasila.

 Partai politik yang sesungguhnya menjadi payung pelindung bagi bangunan semangat kehidupan berkebangsaan terkesan semakin menunjukkan kebobrokan dalam konteks maupun konsep berpolitik murni memperjuangkan nasib dan kepentingan Negara. Akibat kekuatan menegakkan visi misi yang terkesan masih menyimpang dari semangat yang diinginkan dari makna penting semangat kebersamaan hidup berbangsa dan bernegara.

Politik adu domba yang ingin mengacau balaukan kehidupan bernegara ini sungguh memprihatinkan. Dimana isu yang berbau SARA dan lainnya terus menjadi ujung tombak mengelabui pandangan politik masyarakat untuk tujuan tertentu yakni kemenangan partai politik tertentu dan semangat kelompoknya.

Mempolitisir kehidupan bangsa agar kembali pada era ketelanjangan jati diri kini mulai merajalela. Mengapa dikatakan demikian karena partai politik mulai meracuni intitusi pemerintahan dengan kepentingan partai yang lebih mengarah pada konsep kepartaian dan melupakan konsep murni semangat kebangsaan.

Partai dan aparat  kenegaraan mulai bermain di belakang layar (terlepas dari Presiden dan Wakil presiden serta perangkatnya) terkesan masih berpemikiran kerdil. Dengan mengedepankan mengedepankan konsep apa,bagaimana, dan bilamana kami  dan kepentingan partai atau kelompok kami mampu meracuni kubu pemerintahan sehingga partai kami pun dapat kembali menguasai bangsa ini dengan haluan politik partai kami.

Kewaspadaan tiada henti adalah kata kunci untuk menangkal segala kemungkinan terburuk yang akan terjadi dikemudian hari pada nasib dan masa depan bangsa. Pengalaman pemerintahan masa lalu merupakan catatan penting bersejarah dalam mengatur dan menata kembali pemerintahan ke jalan yang lebih berkomitmen dan berkonsistuen yakni Pancasila dan UUD 1945. Dengan maksud mengejar pencapaian tujuan Negara “mensejahterakan kehidupan bangsa” dibawa panji semangat perikehidupan kebangsaan yang berdasarkan Pancasila sebagai satu-satunya falsafah hidup bangsa.

 Aparat pemerintah yang bersih dan berwibawa berdasrakan Pancasila dan UUD 1945 adalah harapan penting menjadi ujung tombak penyelamat nasib dan keberlangsungan nasib bangsa. Sebab bukanlah tidak mungkin dengan perangkat aparatur pemerintahan yang berjiwa Pancasilais akan menghadirkan pula generasi muda dan masyarakat bangsa yang berjiwa dan bersemangat juang Pancasila.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline