Lihat ke Halaman Asli

Nikmat Jujur

Hanya Selingan

Sampah plastik vs Pasca Panen di kawasan DKI sekitar

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Persoalan abadi di DKI Banjir, Transportasi, dan Sampah, saat ini mungkin yang krusial adalah banjir yang melanda kota ini apa penyebab, jelas kita akan kembali mempertanyakan bagaimana kondisi sampah dulu sekalipun ada masalah lain terkait misalnya terjadi penurunan permukaan tanah akibat maraknya pemanfaatan sumur Bor, serta masalah penyerapan air permukaan, buruk dan lambatnya mekanisme penanganan dan kualitas sistem pengairan dan pengirigasian.

Berdasarkan dataDinas kebersihan DKI Jakarta (2010), dengan jumlah penduduk yang lebih dari 9,5juta orang, Jakarta bisa menghasilkan sampah sebanyak 6.000 ton setiap harinya. Jika dapat di bandingkan setara untuk membangun Candi Borobudur setiap dua hari sekali. Dari jumlah sampah tersebut berjumlah 15% di antaranya merupakan sampah plastik.  Sementara sampah plastik baru akan terurai setelah ratusan tahun.

Dari seluruh sampah di Jakarta, yang berasal dari perumahan adalah yang  paling  banyak, yakni 58 %. Yang lain berasal dari pasar 10%, komersial 15%,industri15%, jalan, taman dan sungai 2%. Secara garis besar, ada dua hal yang membuat parah persoalan sampah di Jakarta. Yang pertama adalah sistem pengelolaan sampah. Persoalan kedua adalah perilaku masyarakat.

Berpijak pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu tentang apa yang telah terjadi dan kemungkinan di masa akan datang mungkinnya seharusnya kesadaran dan kepedulian sudah harus menjadi bagian hidup masyarakat penghuni kota idaman DKI Jakarta, akan tetapi semua nyatanya terkesan mubasir.

Tidaklah salah mungkinnya kalau Warga Masyarakat Jakarta dan sekitar kini dalam situasi pasca panen saat ini. Panen apa itu pasti saudara akan bertanya. Panen yang saya maksudkan di sini adalah panen air dengan debit berlebih (banjir/kebanjiran). Jujur saja saya pribadi melihat ini sebagai situasi pasca panen dengan alasan demikian :


  1. Kalau saja masyarakat DKI tahu kenyamanan kota mereka adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah mengapa tidak mereka duluan melakukan tindakan realistis yang setidaknya sebagai bentuk kepedulian yang paling kecil, mulai dari lingkungan diri pribadi dululah dengan memperbiasakan hidup sehat dan bersih. Karena menurut saya tidaklah demikian maka apa bukan ini merupakan bentuk pasca panen dari segala ketidaktanggungjawaban mereka untuk kenyamanan daerahnya.
  2. Kalau saja masyarakat DKI sadar bahwa banjir ini juga mungkin salah kita semua. Dan tidak terus membebankan pemerintah untuk terus peduli sementara masyarakatnya hanya menjadikan Jakarta seakan hotel dalam artian toh sebentar ada Cleaning servicenya kok ngapain pusing kotorin saja. Nah pemikiran demikianlah yang buat sekarang harus menghadapi pasca panen hasil pemikiran kerdil masing-masing.
  3. Kalau saja masyarakat sadar bahwa kondisi kota yang bersih dan dan tertata rapih adalah bentuk keindahan dan kenyamanan kotanya. Kenapa tidak terus peduli akan hal tersebut karena lebih banyak kekurang perduliannya, maka sekarang mereka harus memanen semua kekurang perdulian mereka saat sekarang dalam bentuk panen air yang dalam debit lebih.
  4. Kalau saja masyarakat DKI sadar bahwa membuang sampah tidak pada tempatnya lebih khusus sampah plastik akan mengganggu sistem pengairan di daerahnya, sedangkan untuk sampah plastik sendiri dapat mengganggu sistem peresapan air ke dalam perut bumi (kecil sederhana tak terlihat misalnya buang sampah ke selokan terlebih sampah plastik: efeknya selokan/kanal cenderung mapet, berikut untuk sampah plastik jika saja tidak turun ke dasar akan menghambat peresapan air ke dalam tanah kanal tersebut sebab pada dasarnya yang terlihat oleh mata kita, hanya yang dipermukaan yang di dasarnya gimana),oleh karenanya, jika saja kita bersama telah mengetahui hal tersebut,  Mengapa tidak Masyarakat DKI pun harus bertindak sebagaimana diharapkan agar kondisi DKI tidak seperti sekarang, dan cenderung terus berlanjut di masa akan datang pula. Karena itu sekaranglah saat panennya datang dalam bentuk pasca panen meningkatnya debit air dalam DKI yang salah satu penyebabnya dapat saya duga adalah berkurangnya tingkat penyerapan tanah di kota ini.

Saya mungkin sudah ungkapkan  hal di atas sebagai bentuk mengingatkan kepada seluruh warga akan tetapi di lain sisi perlu saya boleh katakan sebaik apapun pemerintahan di DKI sekalipun Tuhan turun dalam wujud manusia sekalipun untuk memimpin DKI, akan tetapi masyarakat yang menghuni miskin kepedulian dan kecintaan akan DKI serta cenderung bergaya hidup hotel doank, saya yakin Tuhan pun tak sanggup menyelesaikan masalah ini kecuali Tuhan menggunakan ke-IlahianNya, untuk menghentikan hujan itu pun akan terjadi pasca panen dalam bentuk lain selain banjir mungkinnya.

Akhirnya bagi saudara-saudara saya yang sementara menikmati banjir di kota Jakarta. Tolong mulailah dengan menertibkan diri sendiri dari hal yang kecil, demi peningkatan kenyamanan bersama karena Jakarta yang saudara dan saya harapkan akan menjadi kota kebanggaan sepanjang masa, membutuhkan  banyak kepedulian saudara ketimbang kepedulian pemerintah, karena kepedulian pemerintah semata tidak akan cukup dan mampu karena itu hanya sarana, itupun pengaruhnya hanya kecil dalam menyikapi akan permasalahan banjir di DKI boleh saya kata hanya 30% karena menyediakan fasilitas tapi jika saja pemanfaat, penikmat dan pengguna salah menindaklajuti apa bukannya merupakan sesuatu yang mubazir.oleh karenanya bagi saudara-saudaraku yang menghuni ibu kota negeri ini tolong tingkatkan rasa kepedulian, kecintaan, tanggungjawab untuk memperhatikan dan merawat DKI secara baik kini dan selamanya.

Goresan Putera Timur Nusantara, 18 Januari 2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline