Peningkatan mutu pendidikan masih terus diupayakan karena sangat diyakini bahwa IPA sebagai ilmu dasar memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan IPTEK. Di era Abad 21, pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara: inkuiri ilmiah (scientific inquiry) dengan pendekatan berpusat pada siswa (student centered learning) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif (creative thinking) dan berpikir kritis (critical thinking), mampu memecahkan masalah, melatih kemampuan inovasi dan menekankan pentingnya kolaborasi dan komunikasi.
Kenyataannya dalam pembelajaran IPA masih bersifat tacher centered atau berpusat pada guru. Guru belum menerapkan model pembelajaran inovatif, guru tidak menggunakan media yang menarik dan guru hanya menggunakan metode ceramah saja sehingga pembelajaran menjadi monoton dan kurang menarik bagi siswa. Masih jarang sekali guru mengajak peserta didik untuk melakukan praktikum di laboratorium atau memanfaatkan lingkungan sekitar untuk pembelajaran. Hal ini menyebabkan rendahnya motivasi peserta didik dalam proses mengkonstruksi pengalaman belajar dan tentu saja berakibat pada rendahnya hasil belajar peserta didik.
Motivasi belajar ialah segala sesuatu yang ditujukan untuk mendorong atau memberikan semangat kepada seseorang yang melakukan kegiatan belajar agar menjadi lebih giat lagi dalam belajar untuk memperoleh prestasi yang lebih baik lagi (Purwa Atmaja Prawira, 2013). Motivasi dalam kegiatan belajar merupakan kekuatan yang dapat menjadi tenaga pendorong bagi siswa untuk mendayagunakan potensi-potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Hasil belajar merupakan apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar (Tohirin, 2011). Motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat dan rasa senang dalam belajar, sehingga siswa yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang lebih banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar, yang pada akhirnya akan mampu memperoleh prestasi yang lebih baik. Dengan demikian, motivasi yang dimiliki oleh siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan atau gagalnya perbuatan belajar siswa tersebut.
- Untuk mengatasi beberapa permasalahan yang telah diuraikan tersebut diperlukan model pembelajaran yang inovatif. Salah satu model pembelajaran inovatif adalah model PBL (Problem Based Learning) yang direkomendasikan oleh kurikulum 2013 sebagai model pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi peserta didik.
- Model Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah nyata. Model ini menyebabkan motivasi dan rasa ingin tahu menjadi meningkat. Model PBL juga menjadi wadah bagi siswa untuk dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Adapun tahapan-tahapan model PBL adalah mengorientasikan peserta didik pada masalah, mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, melakukan percobaan, mengembangkan dan menyajikan hasil, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
- Respon siswa setelah mengikuti pembelajaran, siswa lebih bersemangat dan tidak bosan dalam pembelajaran karena siswa terlibat langsung dan aktif, Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran terlihat dari hasil angket yang disebar didapat dari 28 siswa terdapat 11 siswa motivasinya baik (65-79%) dan 17 siswa motivasinya sangat baik (80-100%). Hasil belajar siswa meningkat dimana seluruh siswa (100%) nilainya di atas KKM 75 dengan nilai terendah 80 (16 siswa) dan tertinggi 100 (12 siswa).
- Berdasarkan hasil yang diperoleh, model PBL sangat efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran khususnya materi zat aditif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H