- PENDAHULUAN
Kota Banjarmasin memiliki peran penting dalam perekonomian Provinsi Kalimantan Selatan, terutama melalui kontribusi sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan. Sektor-sektor ini memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, serta menjaga ketahanan pangan wilayah. Pembangunan ekonomi lokal yang berkelanjutan sering kali menuntut pemahaman yang mendalam terhadap sektor-sektor unggulan dan spesialisasi wilayah. Salah satu metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan adalah melalui perhitungan Location Quotient (LQ) dan analisis Shift-Share. Location Quotient (LQ) memberikan gambaran mengenai tingkat spesialisasi atau keunggulan kompetitif suatu sektor di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lain, sedangkan analisis Shift-Share membantu menganalisis peran masing-masing sektor terhadap perubahan ekonomi, baik dari aspek pertumbuhan nasional, struktural, maupun daya saing wilayah (Arsyad, 2018; Firdaus et al., 2020).
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa metode LQ dan Shift-Share dapat digunakan sebagai alat analisis yang efektif untuk menggambarkan perkembangan ekonomi di berbagai sektor. Misalnya, penelitian oleh Herlina (2019) mengindikasikan bahwa sektor pertanian dan perkebunan memiliki keunggulan komparatif di beberapa daerah di Indonesia, yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi lokal. Selain itu, Firdaus dan Arifin (2020) menyoroti bahwa penggunaan analisis Shift-Share mampu mengidentifikasi kontribusi sektor-sektor lokal dalam menyerap tenaga kerja dan mendukung stabilitas ekonomi. Studi yang serupa di wilayah lain menunjukkan bahwa pemetaan keunggulan wilayah melalui LQ dapat membantu pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan yang lebih tepat sasaran, khususnya dalam rangka optimalisasi sumber daya lokal (Budi & Pramudya, 2021).
Dengan menggunakan pendekatan LQ dan Shift-Share, analisis ini bertujuan untuk memetakan sektor-sektor potensial dan memahami kontribusi sektor pertanian, perkebunan, dan peternakan terhadap perekonomian Kota Banjarmasin. Harapannya, hasil dari analisis ini dapat menjadi bahan rujukan bagi pemerintah dan pemangku kepentingan dalam mengembangkan kebijakan ekonomi daerah yang mendukung pertumbuhan sektor-sektor strategis tersebut secara berkelanjutan.
- METODE
Penelitian ini menggunakan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift-Share untuk mengidentifikasi sektor unggulan dalam bidang pertanian, perkebunan, dan peternakan di Kota Banjarmasin. Metode LQ digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lain, dengan membandingkan PDRB sektor-sektor di Banjarmasin terhadap PDRB di tingkat provinsi atau nasional (Firdaus et al., 2020). Sementara itu, analisis Shift-Share memecah perubahan ekonomi menjadi tiga komponen utama: efek pertumbuhan nasional, struktur industri, dan daya saing lokal, guna mengevaluasi dinamika dan kontribusi sektor-sektor ekonomi tersebut (Arsyad, 2018). Data yang digunakan berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) terkait PDRB Kota Banjarmasin dan Provinsi Kalimantan Selatan. Metode ini diharapkan dapat membantu memahami potensi dan kontribusi sektor-sektor unggulan dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (Herlina, 2019).
- LQ PERTANIAN
Lembar kerja LQ_Pertanian mengandung data dari beberapa komoditas hortikultura dan buah-buahan di berbagai kecamatan. LQ (Location Quotient) digunakan untuk mengukur spesialisasi komoditas di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah referensi (misalnya, provinsi atau nasional).
- Kolom Komoditas: Terdapat komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai, kentang, kubis, dan petsai. Untuk buah-buahan, termasuk mangga, durian, jeruk, dan pisang.
- Struktur Data: Data tiap kecamatan mencakup jumlah produksi per komoditas. Angka di kolom-kolom ini menunjukkan besaran produksi atau indikator yang akan digunakan dalam perhitungan LQ.
- Total Produksi: Di kolom terakhir, terdapat jumlah total produksi untuk semua komoditas di kecamatan tersebut, yang dapat digunakan sebagai basis perhitungan LQ untuk membandingkan peranan sektor pertanian antar kecamatan.
- LQ PERKEBUNAN
LQ_Perkebunan berfokus pada data komoditas perkebunan di setiap kecamatan.
- Komoditas Perkebunan: Terdapat berbagai jenis tanaman seperti kelapa sawit, kelapa, karet, kopi, kakao, dan teh.
- Nilai Produksi: Kolom-kolom yang ada berisi angka produksi komoditas tiap kecamatan. Seperti sektor pertanian, angka ini akan menjadi dasar perhitungan LQ. Misalnya, kelapa sawit dan kelapa mungkin akan lebih dominan di kecamatan tertentu, menunjukkan spesialisasi di bidang perkebunan.
- Kolom Total: Kolom terakhir menunjukkan total produksi dari semua komoditas perkebunan, yang membantu dalam analisis keseluruhan atau agregasi data LQ sektor perkebunan di setiap kecamatan.
- LQ PETERNAKAN
LQ_Peternakan, data berkaitan dengan produksi berbagai jenis ternak dan unggas di setiap kecamatan.
- Komoditas Ternak dan Unggas: Jenis ternak yang tercantum meliputi sapi, kerbau, kuda, kambing, dan domba, serta unggas seperti ayam kampung, ayam pedaging, dan itik.
- Nilai Produksi Daging: Data ini menunjukkan tingkat produksi untuk setiap jenis ternak dan unggas. Misalnya, kecamatan dengan nilai produksi tinggi untuk daging sapi atau ayam kampung mungkin menandakan spesialisasi pada jenis peternakan tersebut.
- Kolom Total Produksi: Kolom terakhir menunjukkan total produksi ternak dan unggas di setiap kecamatan, yang memungkinkan perbandingan peranan sektor peternakan di berbagai kecamatan.
- SHIFT-SHARE PERTANIAN
SS TANI HOLTIKULTURA
Pada tahun 2020, produksi Kubis di Banjarmasin Selatan tercatat mencapai 1.109 ton, namun pada tahun 2021 semua komoditas di setiap kecamatan tidak menunjukkan adanya produksi. Dari segi Pertumbuhan Nasional (P Nasional), seluruh kecamatan mengalami penurunan untuk semua komoditas, dengan Kubis di Banjarmasin Selatan khususnya mengalami penurunan sebesar 1.109 ton. Dalam Pertumbuhan Sektoral (P Sektoral), semua komoditas di seluruh kecamatan mengalami kategori "Pertumbuhan Lambat," yang menunjukkan adanya perlambatan dalam sektor hortikultura di Banjarmasin. Dari segi Daya Saing (PPW), setiap komoditas di semua kecamatan tergolong dalam kategori "Tidak Dapat Bersaing," yang mengindikasikan rendahnya daya kompetitif sektor hortikultura di wilayah ini. Terakhir, hasil analisis Shift Share juga menunjukkan bahwa semua kecamatan memiliki performa "Lamban" pada setiap komoditas, yang mengindikasikan pertumbuhan sektor hortikultura yang tidak menguntungkan.
SS TANI BIOFARMAKA