Satu bulan sudah kami lalui kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) ini di desa Genengan. Tepat di akhir bulan Desember tahun lalu kami mulai menjajak cerita di desa ini hingga saat ini tiba di akhir bulan Januari 2019 kami meninggalkan desa yang penuh cerita ini.
Sungguh banyak cerita yang ingin ku ungkap dalam sedikit lembaranku. Teman yang ceria, masyarakat yang banyak karakter, kegiatan yang membuat kita ke sana- ke mari. Semua melebur menjadi satu menghasilkan berbagai pengalaman.
Tak peduli kalian berasal dari mana, tak peduli bagaimana karakter kalian. Marah, emosi, sedih, tertawa, bergurau, serius, suka, menjadi sahabat kami selama mengabdi. Semua kami lalui berawal dari survey lokasi posko siang itu.
Ku teringat kala itu hujan mulai reda, jalananpun masih basah, perlahan kami telusuri jalan untuk mendapatkan gapura coklat gang 7 Jl. Masjid Ar- Rosidin yang dimaksud bapak Sugiono pemilik rumah itu. Perlahan kami jalankan sepedah motor dan pertanyaan yang sama akan alamat kami tanyakan dari rumah ke rumah yang hanya selisih 2-3 meter hingga akhirnya kami temukan rumah yang kami tuju.
Sebuah rumah yang terletak di ujung persimpangan itu sepakat kami tempati dan kami jadikan posko KKM kelompok 93. Tepat tanggal 28 Desember 2018 kami mulai menempati rumah itu. Rumah yang hanya ditempati sepasang suami istri. Rumah yang kami temukan penuh teka-teki di akhir pengabdian.
Berlawanan dengan panti PKK tempat singgah mahasiswa laki-laki yang penuh cerita mistis di awal pengabdian dari mulut warga. Pertanyaan-pertanyaan aneh menghantui pikiran kami, namun kami berusaha tidak terlalu menghiraukan itu semua walau sebenarnya masih terlintas di benak kami.
Satu hari dua hari kami lalui tanpa rasa. Warna warni karakter masih nampak diantara kami, mie instan makanan pertama kami di siang itu. Senyum tipis yang kami pandangkan dari si A ke si B. Tak hafal nama, tak tahu jurusan, dan menjudge karakter mereka sesuai dengan apa yang kita lihat.
Seiring berjalannya waktu, guyonan mulai tampak, warna-warna yang awalnya berbeda mulai melebur. Pengumpulan data terkait profil desa yang membuat kami mulai akrab hingga membuahkan beberapa program kerja. Pembelajaran mandiri atau biasa kita sebut bimbel, membantu mengajar di TPQ-TPQ, penyuluhan cuci tangan, renovasi UKS, renovasi pos kamling serta menciptakan papan 10 program pokok PKK diantaranya.
Kondisi Desa Genengan yang terdiri dari tiga dusun ini membuat kami berpencar, utamanya dalam mengajar TPQ dan bimbel. Tiga TPQ berada di dusun Genengan Krajan tepat di dusun posko perempuan, dan tiga TPQ lainnya berada pada dusun tetangga, dusun Binangun.
Kami berdua belas membagi rata di setiap TPQ, sehingga satu TPQ mendapat dua mahasiswa sesuai undian yang telah ditentukan. Karena jarak dusun Genengan Krajan dengan dusun Binangun cukup jauh, kita membuka bimbel di dua tempat yang berbeda ini. Sehingga adik-adik yang ingin mengikuti kegiatan ini mudah untuk menjangkaunya.
Tanda dimulainya kegiatan TPQ adalah Mendengar adzan ashar berkumandang, seketika itu kami segera bersiap untuk meluncur ke TPQ masing-masing. 17.00 waktu yang biasa kami sudahi belajar di TPQ. Satu jam terhitung sebelum adzan maghrib berkumandang, di sinilah kami sedikit bertukar cerita dan merenggangkan otot yang mulai kaku.