Lihat ke Halaman Asli

Berbagi dengan Instagram

Diperbarui: 30 September 2016   18:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Seperti kita ketahui, bahwa hadirnya internet telah memudahkan manusia dalam berkomunikasi dan berbagi informasi. Dengan adanya teknologi internet ini maka bermunculan beberapa terobosan baru dalam bersosial yang kita kenal dengan sebutan media sosial.  

Saat ini media sosial telah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi demi kepuasan hati atau bermacam kebutuhan lainnya. Jika tidak ingin kelihatan “kuper” alias kurang pergaulan, maka harus mengikuti perkembangan teknologi komunikasi media sosial yang sudah berkembang semakin cepat pada saat ini. Salah satu media sosial yang populer saat ini adalah Instagram.

Instagram adalah salah satu media sosial yang sangat populer di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu keunggulan Instagram adalah kemampuannya berinteraksi melalui gambar dan video singkat dengan filter-filter yang membuat hasil jepretan mendekati foto profesional. Dengan ini, Instagram mampu memenuhi hasrat narsis yang ada dalam diri setiap manusia.

Selain itu Instagram merupakan alat promosi yang sangat ampuh. Umumnya para pengguna internet lebih tertarik pada bahasa visual. Dibandingkan dengan media sosial lainnya, Instagram lebih memaksimalkan fiturnya untuk komunikasi melalui gambar atau foto. Maka dari situlah para pelaku bisnis juga memanfaatkan peluang untuk mempromosikan produknya melalui Instagram.

Untuk melengkapi tulisan ini, saya telah berbincang dengan beberapa orang yang aktif menggunakan Instagram. Dan sebelum berbincang dengan mereka(informan), saya menggunakan sebuah teori untuk menjelaskan mengenai apa yang menjadi latar belakang informan sehingga menjadi pengguna aktif aplikasi Instagram. Teori yang saya gunakan adalah 3 aspek dari teori eksistensi Rollo May yaitu, Umwelt atau lingkungan disekitar kita yang bermakna dunia objek dan benda, dan akan tetap eksis sekalipun manusia tidak menyadarinya. Lalu Minwelt atau hubungan kita dengan orang lain, yang bermakna, manusia sebagai manusia yang bersosial hendaknya harus berhubungan dengan orang lain sebagai manusia, bukan sebagai benda. Dan terakhir adalah Eigenwelt atau hubungan seseorang dengan dirinya sendiri yang bermakna hidup dalam Eigenwelt berarti menjadi sadar akan dirinya sebagai makhluk manusia dan memeluk siapa diri kita saat berhubungan dengan dunia benda dan dunia manusia.

Informan yang saya pilih adalah dengan kriteria sebagai berikut : usia dewasa awal yaitu 20-30 tahun (teori perkembangan Erikson). Berjumlah 3 orang dengan karakteristik adalah wanita, lajang, berusia 21, 23, dan 23 tahun, dan tinggal di sekitar Jakarta atau Bekasi. Usia informan yang saya pilih merupakan tahap Intimacy vs Isolation (keintiman vs keterkucilan), yang dijelaskan oleh Erikson bahwa ini adalah tahap yang penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman. Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang. 

Berikut rangkuman hasil wawancara saya dengan para informan :

  • RS

Responden yang berinisial RS adalah seorang admin service di perusahaan swasta, ia mulai mengenal Instagram dari tahun 2014. Pada awalnya tujuan RS mengunggah foto–foto dirinya hanya sekedar iseng disela-sela rutinitasnya. Namun saat ini RS merasa memang ada yang kurang kalau ia tidak membuka Instagram satu hari saja. ia menggunakan Instagram agar semua orang dapat menggenalnya (Minwelt).

RS merupakan anak ke empat dari empat bersaudara, dan diketahui hubungan dengan kakak-kakak dan orangtua tidak dekat karena jarak usia yang jauh dan dikeluarganya memang tidak terbuka satu sama lain (Umwelt), ia cenderung mencurahkan perasaan hati nya atau apa yang ia alami kepada sahabat atau kepada pacarnya atau ia menuliskan perasaannya pada sosial media (Minwelt).

RS menggalami kekosongan yang ia rasakan dikarenakan peran keluarga yang kurang (Umwelt) dan lebih banyak menghabiskan waktu sendiri atau dengan sahabat yang ia miliki sejak duduk dibangku SMP (Minwelt). Ia merasa jika ia menggunggah foto atau sekedar tulisan ke Instagram ia merasa ada kesenangan atau hiburan yang ia dapat (Eigenwelt).

  • AP 

AP adalah seorang assisten apoteker yang berusia 21 tahun, pertama kali ia menggunakan Instagram pada tahun 2014. AP mengaku hanya sekedar iseng dan mengikuti perkembangan zaman saja dengan adanya sosial media. AP menyatakan bahwa unggahan yang ia lakukan ke Instagram bukan hanya foto selfie tapi juga foto-foto lain atau foto sekedar iseng (Eigenwelt).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline